Menkes RI dan WHO

 

Sempat viral saat NS mewawancarai kursi kosong yg seharusnya diduduki Menkes sebagai tamu yg berhalangan hadir, dan Menkes mengirim staf nya namun tidak di terima NS. Kini beliau diundang WHO untuk mendapat apresiasi.

Dari sudut etika kejurnalistikkan perlakuan NS itu melanggar norma dan adab jurnalistik. Kelihatan bgt arogannya NS yg memposisikan Nara sumber bak objek yg harus tunduk kepadanya, atau dia mau nara sumber harus kelihatan dibawah dia secara kapasitas.

Sayang putri ulama besar ini jadi menunjukkan besar kepalanya saja bukan akhlak dan kebesaran jiwanya. Dia mencoreng nama ayahandanya seolah tak mengajarkan akhlak yg benar.

Kita sudahi ttg NS, mari kita lihat siapa Dr. dr. Terawan. Dr. Militer berpangkat jendral tamatan UGM kelahiran Yogyakarta 1964 ini terkenal dgn teraphy cuci otak utk penderita stroke, karena teorinya inilah dia di pecat oleh Majelis kehormatan etik IDI, dan ditolak IDI sebagai Menkes, namun Jokowi tetap bergeming mempertahankan dr. Terawan.

Alasannya karena kinerjanya memang jahud, RSPAD Gatot Subroto adalah RS dgn pengelolaan terbaik di Indonesia. Dengan itu Jokowi melihat dr. Terawan yg juga ketua asosiasi rumah sakit militer dunia itu punya kapasitas manajerial dan dia tidak “berpolitik” di IDI.

Karena IDI sudah menjadi rahasia umum sbg perpanjangan tangan pabrik obat.

Teori Terawan Teraphy terbukti ampuh sdh ratusan orang mngkn ribuan disembuhkan dari stroke dan khabarnya termasuk PS dan ARB adalah mantan pasiennya.

Saya adalah saksi hidup bagaimana teman saya Aldy yg terserang stroke di Selandia Baru selama dua Minggu telentang disana tanpa progress yg memadai, pulang langsung di tangani dr. Terawan dalam 1 Minggu bisa jalan, Alhamdulillah skrg sudah masuk kantor berjalan dgn baik.

Sekarang dr. Terawan diundang WHO utk sharing pengalaman menangani covid-19 di Indonesia, sebagaimana akhirnya lock down yg tidak dilakukan Indonesia diakui PBB bahwa itu pilihan tepat.

Ada bocoran bahwa keputusan itu adalah hasil diskusi Jokowi dan dr. Terawan bersama tim.

Tipikal dr. Terawan sama dgn Jokowi yg tidak pintar bicara, tapi cerdas kerja dan kelihatan hasilnya.

WHO adalah badan kesehatan dunia yg isinya orang-orang pintar lintas negara.

Undangannya tidak akan dikosongkan kursinya oleh dr. Terawan, karena dia tau mana jebakan Batman, mana panggung permainan yg akan menjadikannya bulan-bulanan dlm penggiringan opini bhw pemerintah ini gagal menangani pandemi.

Sayang skenario itu bisa di tebak. NS salah menggelitik buaya, dia tepuk kepalanya atau menggelitik perutnya, dia lupa mulut buaya menganga melahapnya.

Apakah dr. Terawan akan mengundang NS dan membalas mengoloknya, pasti tidak.

Manusia berakhlak itu bukan menunjukkan mulut tak bermutu, karena mereka akan meletakkan hatinya didepan lidahnya.

Sama halnya dia tetap mendatangi kantor IDI yg telah memecatnya, harusnya IDI kehilangan muka, Terawan menang dgn sikap kesatria, kini WHO memberinya kursi emas yg lebih pantas kepada orang yg memang pantas, bukan cuma host yg nyerocos tapi keropos.

Terima kasih Dr. dr. Terawan Putranto.

KITA SONGSONG INDONESIA SEHAT LAHIR BATIN. BUKAN SONGONG LALU PRIHATIN.