Cirebon-menaramadinah.com-Setiap hari Rebo Wekasan atau Rabu Pamungkas, yang memiliki makna hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam sistem penanggalan Jawa, Keraton Kanoman Cirebon selalu mengadakan tradisi Tawurji dan Ngapem. Kedua tradisi ini tidak dapat dipisahkan dalam acara ritual di Keraton Kanoman Cirebon, terutama dalam menjelang tradisi Panjang Jimat (Muludan).
Kedua tradisi ini sudah ada sejak era Wali Songo, dan keberlangsungan kedua tradisi ini tidak lepas dari pengaruh ajaran Islam dan misi Islamisasi pada saat itu.
“Tradisi ini mempunyai nilai kekeramatan dan kepercayaan akan turunnya ribuan musibah,” (14/10/2020)
Menurut Ratu Arimbi, Tawurji adalah shodaqoh uang koin yang dibagikan secara massal kepada margesari atau warga, dan biasanya diikuti oleh Abdi Dalem dan juga masyarakat lainnya. Tawurji dilaksanakan di kedaton (Kediaman Sultan Kanoman XII) Sultan Raja Muhammad Emirudin.
Sementara itu Pangeran Patih PRM. Qodiran mewakili Sultan Raja Muhammad Emirudin memimpin selamatan Ngapem, Setelah berdoa bersama kemudian membagikan apem kepada kerabat dan abdi dalem Keraton Kanoman di Bangsal Paseban.
Apem adalah makanan yang terbuat dari bahan beras yang sudah dihaluskan yang disandingkan gula.
- “Tradisi Tawurji dan Ngapem ini pada intinya merupakan bentuk shodaqoh keluarga keraton di hari Rabu terakhir bulan Safar sebagai upaya untuk menolak segala jenis marabahaya atau musibah,” ungkap Ratu Raja Arimbi Nurtina (Sekretaris Kesultanan Kanoman). ISN