Lapangan Kebumen Cirebon dulunya bernama Keboemen Plein atau dalam bahasa Indonesia Alun-alun Kebumen.
Kawasan ini cukup bersejarah bagi Kota Cirebon. Sebab, di sinilah dulunya pusat pemerintahan Karesidenan Cirebon berada, terutama pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Berikut ini kisahnya.
Kawasan ini dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda di atas puing-puing Benteng De Beschermingh Cheribon pada tahun 1835. Benteng ini hancur akibat meledaknya gudang mesiu dalam benteng.
Sebagai gantinya, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kemudian segera membangun kembali kawasan pusat pemerintahan baru yang dikenal dengan sebutan Keboemen Plein. Sebagai kawasan pusat pemerintahan Karesidenan Cirebon, Keboemen Plein dibangun dengan sistem tata ruang bangunan pemerintahan kolonial yang sentralistik dan ekonomi yang monopolistik.
Mula-mula dibangun Resident Kantoor (Kantor Residen) pada tahun 1841. Kemudian kanal-kanal pertahanan yang dahulu mengelilingi benteng diuruk pada tahun 1855. Sekarang menjadi Jalan Merdeka, Jalan Talang, dan Jalan Pabean di pintu utama Pelabuhan Cirebon.
Kemudian, dibangunlah Post Kantoor, Javasche Bank, Societeit Phoenik, Water Staatskantor, Europese School, Gedung PT Tjipta Niaga, dan Gereja Kristen Pasundan, Lands Kas dan Kadaster, Inlandse School, dan Politie Kazerne.Keboemen Plein dibangun tidak lazim sebagai mana denah alun-alun tradisional. Bentuknya segitiga tak beraturan yang dikelilingi akses jalan di Keboemen Plein, yang menuju ke arah utara yaitu Jalan Pabean. Saat itu Keboemen Plein adalah lapangan yang bersih dan asri dengan pepohonan yang rindang, terdapat juga tiang lampu taman listrik antik yang menerangi di malam hari. Kawasan tersebut aktivitasnya dipantau oleh pos pengawas (sekarang Gedung Bunder).
Masyarakat Kota Wali