Oleh: Ilun Muallifah Thohir.
Pada era modern ini, manusia menghadapi kehidupan yg penuh tantangan dengan berbagai lifestyle yang disuguhkan dunia dalam berbagai bidang.
Sedangkan salah satu sisi manusia adalah makhluk yang paling besar angan-angan dunianya. Serba mengutamakan dunia dengan memupuk kekayaan, penampilan, kekuasaan, dan gengsi yang lainnya dalam kehidupan sosial. Semua itu jika dijalani, dapat membuat diri manusia tertekan, karena akan banyak tuntutan semakin meningkat yang harus dipenuhi. Di mana hal itu akan menjauhkan diri dari hidup sederhana.
Hakikat sederhana adalah sikap yang mengedepankan kebijaksanaan dalam memenuhi kebutuhan hidup, tidak berlebihan atau menghamba materi. Dengan demikian, seseorang dapat memilah mana yang menjadi prioritas, baik perhatian, tenaga, maupun harta. Sebaliknya jika tidak memiliki kebijaksanaan, seseorang cenderung mengikuti hawa nafsu yang dapat menjerumuskan dalam kesengsaraan dunia dan akhirat.
Padahal dalam Islam, hidup secara sederhana banyak sekali manfaatnya. Diantaranya terbebas dari perasaan khawatir akan masalah keuangan, tuk mempunyai investasi untuk masa depan, dll. Sikap hidup sederhana menunjukkan pribadi yang lebih bertanggungjawab, lebih percaya diri untuk menghadapi masa depan, menjauhkan diri dari perbuatan pengecut seperti mencuri, dsb.
Selain itu pola hidup sederhana dapat mendorong seseorang menjadi pribadi yang toleran, menghargai ni’mat-ni’mat Allah sekecil apapun. Dengan seperti itu, Kita bisa melihat kehidupan seseorang yang ekonominya berada di bawah Kita saat ini. Dengan melihat seperti itu, keimanan dan rasa syukur Kita bisa bertambah.
Dalam Islam, kesederhanaan disebut dengan istilah “Wasathiyah”. Kesederhanaan merupakan salah satu kehidupan yang harus ditekankan dalam kehidupan seorang muslim. Kesederhanaan bukan berarti hidup akan terus merasa kekurangan. Tidak juga berarti pasif atau “nerimo ing pandum” (kata orang Jawa), tidak juga berarti miskin.
Akan tetapi kesederhanaan itu mengajarkan pada manusia untuk hidup seimbang. “Khayru Umurin Awshatuha” (sebaik baik perkara itu adalah yang sederhana atau seimbang).
Kisah kehidupan Rasulullah banyak diisi dengan kisah kesederhanaan. Sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim menggambarkan secara jelas sifat zuhud dan kesederhanaan Rasulullah. Pada suatu hari, sahabat Umar bin Khattab menemui Rasulullah di kamar beliau. Di sana Umar melihat Rasulullah sedang berbaring di atas sebuah tikar kasar dan hanya berselimutkan sarung. Dan banyak lagi hadits tentang kesederhanaan di kehidupan Rasulullah.
Dari sini dapat diambil pelajaran bahwa Rasulullah telah mengajarkan pada keluarga beliau akan kesederhanaan dalam dinamika kehidupan. Begitu pula Rasulullah mengajarkan kepada umatnya.
Kesederhanaan dalam hidup di dunia, membuat Kita selalu ingat, bahwa apapun yang menjadi milik Kita, kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Dengan demikian, manusia tidak ingin lagi melakukan perbuatan yang berlebihan dalam kehidupan di dunia, yang jauh dari kesederhanaan.
Hikmah dari kesederhanaan bisa memberikan ruang untuk berpikir lebih dalam atas makna kehidupan ini. Karena kesederhanaan akan membuat Kita selalu berpikir bijak tentang tujuan hidup yang sesungguhnya, hingga pada akhirnya Kita akan sadar bahwa penilaian Allah-lah yang paling utama.
Semoga Kita dapat mengambil hikmah dari tulisan singkat ini dan dapat menerapkan kesederhanaan hidup di dunia.
Penulis Dosen FTK UINSA, pembaca setia menara Madinah com.