Wayang Dalam Islam

 

Makna simbul wayang dan layar tempat wayang di pertunjukan berkaitan pula dengan bayang-bayang cermin.
Dengan mengunakan tamsil wayang dalam suluk sunan bonang seakan ingin mengatakan kepada pembaca bahwa apa yang dilakukan melalui karyanya merupakan kelanjutan dari tradisi sastra sebelumnya.

Sunan kalijaga mengenal falsafah yang dikandung pertunjukan wayang dan hubungan dengan ajaran tasawuf. Sunan bonang menunjukkan kisah Baratayudha, perang besar antara kurowo dan pandowo.
Didalam pertunjukan wayang kulit kurawa di letakkan di sebelah kiri mewakili golongan kiri dan pandawa di letakkan di sebelah kanan mewakili golongan kanan. Kurawa mewakili Nafi dan pandawa mewakili isbat.
Perang Nafi Isbat juga ber langsung dalam jiwa manusia yaitu jihat besar.
Sunan bonang mengenai wujil
bahwa pemahaman yang sempurna dapat di kiaskan dengan makna hakiki pertunjukan wayang.
Manusia sempurna mengunakan ini untuk memahami dan mengenal “Yang”.
Dalang dan wayang di tempatkan sebagai lambang dari tajali ( pengejawantahan ilmu )yang maha agung di dalam kepelbagaian.Inilah makna layar atau kelir merupakan alam indrawi.
Wayang di ibaratkan makluk ilahi, batang pokok pisang sebagai tanah kita berpijak.
Blencong atau lampu minyak adalah nyala hidup. Gamelan memberi irama dan keselarasan bagi segala kejadian.

Mengunakan tansil wayang sunan bonang berhasil meyakinkan wujil bahwa peralihan dari zaman hindu ke zaman islam bukan suatu lompatan mendadak bagi kehidupan orang jawa. Setidak-tidaknya secara spiritual terdapat kesinambungan yang menjamin tidak terjadi kegoncangan.

Menang secara lahir kedua agama tersebut menunjukkan perbedaan besar, tetapi seorang arif harus tembus pandang dan mampu melihat hakekat sehingga penglihatan kalbunya tercerah dan jiwanya terbebas kan dari kungkungan duniawi.
Inilah salah satu inti ajaran sunan bonang dalam suluk wujil.

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com.