Napak Tilas Kyai Aliman,Tokoh Perintis Desa Sudimoroharjo Wilangan

Nganjuk.menaramadinah.com,Perjalanan Napak Tilas crew MM.com Biro Nganjuk menuju wilayah Sudimoroharjo pada Minggu sore 12 Juli 2020.Itu adalah desa yang berpenduduk sekitar 5.000 jiwa dan mayoritas warganya bekerja sebagai petani baik di sawah ,kebun dan di mbaon.Mereka menanam padi,jagung dan tanaman lainnya.


Awal mula berdirinya Desa Sudimoroharjo ,Wilangan tak lepas dari peran penting seorang tokoh alim dan linuwih dari Grobogan,Jawa Tengah .Dialah R.Mangku Kusuma yang semasa mudanya mondok untuk mendalami agama di daerah Sidosermo(Nderesmo) ,Surabaya.


R.Mangku Kusuma yang mempunyai julukan Syekh Maulana dan Kyai Aliman karena alim dalam hal agama .
Beliau diutus oleh gurunya untuk merintis wilayah sekaligus berdakwah di sebuah daerah di lereng Gunung Wilis yang sekarang disebut Sudimoroharjo.
Sebelumnya sudah ada tokoh yang berusaha merintis dusun dan desa yaitu Pangeran Singosari.Rupanya tokoh itu belum berhasil mewujudkan keinginannya.
Kala itu,wilayah yang kini disebut Sudimoroharjo masih tandus,kering kerontang dan angker.Banyak makhlus halus semacam banaspati,genderuwo,pocong ,kuntilanak dan sebangsanya.
Dalam menjalankan misinya ,R.Mangku Kusuma diberi bekal gurunya berupa minyak dari intisari Al-Qur’an yang ditaruh dalam wadah goci.
“Minyak Al-Qur’an milik Kyai Aliman digunakan untuk berbagai hajat kehidupan termasuk menghadapi marabahaya dari gangguan makhluk gaib dan orang jahat.
Benda peninggalan Kyai Aliman itu raib secara gaib sekitar 5 tahun lalu”, tutur Kyai Ali Umar Shodiq ,salah satu cucu Kyai Aliman yang menjadi tokoh agama dan imam Mushola” Al-Hadi” depan SDN Sudimoroharjo IV,Dusun Ngemplak,Sudimoroharjo.
Sebelumnya minyak Al-Qur’an dari Kyai Aliman dirawat oleh paman Kyai Ali Umar Shodiq yaitu Mbah Ali Mustofa.
Nama Desa Sudimoroharjo ternyata dicetuskan oleh Kyai Aliman setelah wilayah itu subur .Dikisahkan bahwa tongkat Kyai Aliman berhasil dipakai untuk membelah tanah ,lalu munculah air yang akhirnya mengalir ke seluruh wilayah desa Sudimoroharjo.Kyai Ali Umar Shodiq menjelaskan bahwa nama desa dari ide kakeknya tersusun dari 3 kata yaitu sudi,moro,dan harjo.
Sudi artinya mau,ingin,berkenan.Moro artinya datang ,dan harjo identik dengan makna selamat dan beruntung.Jadi nama desa itu mengandung harapan dan do’a bahwa orang yang mau datang ke wilayah desa ini dan menjadi penduduk hidupnya akan selamat dan penuh keberuntungan.
Kyai Ali Umar Shodiq yang dulu mondok di Ponpes Mangunsari Nganjuk dibawah asuhan Mbah Kyai Qomaruddin juga menceritakan bahwa masih ada peninggalan dari Syekh Maulana yang bisa dilihat yaitu topi batu yang berada didekat Masjid Al-Mu’alimin ,Sudimoroharjo.
Sebagai penghormatan dan untuk mengingat jasa Kyai Aliman yang wafat tahun 1830 ,ada sebuah MTS didaerah tersebut yang dinamakan MTS Ki Ageng Ngaliman.
Syekh Maulana memiliki 4 anak yaitu Mbah Hasan Mukmin,Mbah Haji Ismail,Nyi Taker ,dan Nyi Sireng.Kyai Ali Umar Shodiq merupakan keturunan dari Mbah Haji Ismail.
Ditambahkan bahwa selama hidup Kyai Aliman gemar membaca Surat Yassin.
Maka Kyai Ali Umar Shodiqpun melanjutkan amalan kakeknya dan dipercaya menjadi imam jama’ah Yasin dan tahlil di lingkungan desanya.
Untuk berziarah ke maqbaroh Kyai Aliman atau Syekh Maulana tidaklah sulit.Karena lokasi makamnya mudah dijangkau,berada ditepi jalan Desa Sudimoroharjo menuju arah wilayah Sawahan.
Ditepi jalan ada papan nama bertuliskan Makam Syekh Maulana/R.Mangku Kusuma(Kyai ‘Aliman).
Makamnya berada dalam satu lokasi dengan makam umum,namun diberi cungkup ,berdampingan dengan makam isteri Kyai Aliman beserta anggota keluarga yang lain,total ada 4 nisan dalam cungkup yang disamping pohon besar,dibelakang sebuah mushola.
Sebelum sowan ke rumah Kyai Ali Umar Shodiq ,kami berziarah terlebih dahulu di makam sang perintis Desa Sudimoroharjo,Wilangan,Nganjuk.
Selama ini,makam Kyai Aliman sudah banyak diziarahi masyarakat umum dan tentunya juga oleh para dzuriyahnya yang tersebar hingga Banyuwangi dan Singapura.
@Bro J,13072020.