Sadranan di Boyolali Menjelang Ramadan

 

Sadranan bagi masyarakat jawa khusunya di wilayah Boyolali bagian lereng merbabu ini sangat berbeda.

Bagi masyarakat di lereng merbabu tradisi sadranan ruah sangat rame dan sudah menjadi tradisi rutin turun temurun, dan terjadwal menurut tangalan jawa.
Biasanya tangal 10, 12, 15, 20 , 22, 25, 27 ,28.
Di mana leluhur atau ahli waris di makamkan di situ pada datang untuk mendoakan .
Di awali bersih bersih makam kemudian makan makanan tradisional, setelah selesai pembersihan makam maka di lanjutkan dengan Kenduren bersama.
Di awali bacaan wasilah Dzikir Tahlill bersama dan setelah selesai makan bersama.

Di sisi lain di rumah para ibu ibu sudah siap menyajikan jajanan dan makanan untuk menyambut tamu sanak saudara kerabat bahkan siapapun yg mau berkunjung silaturahmi.
Karena acara ini berbalas balasan dengan sowan sowanan dengan kerabat ,saudara ataupun teman di daerah lain untuk silaturahmi.

Dengan kepercayaan semakin banyak tamu yg hadir maka semakin banuak riski yg di dapat.
Bahkan tamu dari luar daerah maupun kota pun mendatangi.

Acara ini sowan sowanan ( silaturahmi ) tamu hadir mulai pagi sampek malem bahkan ada yg hadir di malam hari h atau sesudahnya dan kerameanya melebihi lebaran, sebut saja daerah Cepogo , selo , tumang, Ampel kab semarang yg di lereng merbabu.
Tak pandang tua atau muda , miskin atau kaya ini merupakan jembatan penyambung sedulur karena semua orang hari itu penuh dengan tamu yg menghadiri ke rumah rumah.
Suasana kamung jadi rame lalu lalang orang bahkan kendaraan pun macet di gang gang kampung.

Di sisi lain pasar pasar di daerah itu kerameanya melebihi lebaran, Khususnya buah buahan sembako dan jajanan pasar yg jadi sasaran.

Selamat menikmati sadranan di lereng merbabu.

Boyolali Punya sadranan Ruahan.

Gogon Irama

Koresponden MM.com