Mengembangkan Kebutuhan Pribadi

MENGEMBANGKAN KEUTUHAN PRIBADI.

Pribadi yang utuh atau manusia seutuhnya mengetengahkan suatu konsep yang menghendaki agar diri manusia / Dat Tri Tinali (Raga, Nyawa, Suksma) tidak terpecah-pecah kedalam bagian-bagian atau otonomi maupun spesialisasi kesadaran, yang justru menimbulkan konflik dan pertentangan kepentingan dalam diri manusia itu sendiri.
Terbukti bahwa pada zaman sekarang ini kumpulan dari partial man, tidak dapat menjamin tercapainya suatu kebahagiaan hidup di dunia. Manusia dewasa ini sedang repot dalam menghadapi kesadarannya sendiri yang menunjukkan ketidakseimbangan dalam pertumbuhan unsur-unsurnya, sehingga dikawatirkan akan menggoyahkan kemantapan existensi hidup manusia itu sendiri. Ia tumbuh menjadi manusia yang kehilangan fokus terhadap keutuhan dirinya, ia kehilangan kesadaran yang seutuhnya.

Manusia partial itu mengarah kepada manusia intelek yang dimensi kesadarannya di dominasi oleh penalaran dan oleh pikir yang ketat, yang membawa dunia manusia pada tingkat ketinggian ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada itu dikonstatasi bahwa justru dalam kemajuan alam pikir itu lebih sukarlah bagi manusia untuk menciptakan dan membina kedamaian dan saling mengerti atas dasar pengetahuan dan teknologi setinggi langit itu. Nyatanya produk para ahli pikir itu disalahgunakan untuk konsentrasi kekuatan yang saling berhadapan secara konfrontatif. Peradapan yang disusun atas kekuatan daya pikir semata-mata, bersifat semu yang tidak sanggup mengejawantahkan keserasian dalam pergaulan hidup berdasarkan kemanusiaan yang berkeadilan sosial. Letak masalahnya bukan pada kemajuan daya pikir dan hasil teknologi itu sendiri, melainkan pada keganjilan bahwa perkembangan daya pikir itu seraya meninggalkan wadah kesadaran manusiawinya sehingga Cipta-Rasa-Karsa berjalan sendiri-sendiri.

Demikian itu memang sesuai dengan taktik devide at impera yang dilancarkan oleh Hawa Napsu, Sehingga diri manusia dapat dikuasai oleh Napsu.
Dengan memulihkan kesadaran yang utuh-bulat-sempurna, bahwa Hawa Napsu manusia harus tetap bisa terarah dan dapat dikendalikan oleh Suksma pribadi, sehingga dapat menghilangkan dinding-dinding pemisah yang menghambat perkembangan kesadaran pribadi manusia dan terhimpunnya kesadaran sosial. Dengan kesadaran utuh, manusia memperoleh kembali amanat hidup yang menjadikan manusia itu bangun dan sadar akan asalnya, asas dan tujuan hidup sekarang dan yang akan datang kelak.

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com.