
NYANYIAN JALAN SUNYI
monolog oleh Karina Noor, teater Merah Putih
Sepenggal cerita :
( Sayup suara seruling dalam gemuruh angin. Ada rintih perempuan di antara batu batu cadas dan tanah kering. Malam telah larut. Dalam remang terlihat perempuan khusut mengusap wajahnya yang berdebu. Tapi tajam sorot matanya)
Katanya : ” Oh, darah yang tersisa. Jazad kita telah lama terbaring di antara cinta dan kebencian. Tanah terus mengering. Pohon-pohon layu, ranting meranggas membawa kesepian. Angin datang pergi tak membawa kabar apapun kemana muara kematian. Di surga atau neraka. Tapi kita tetap setia menunggu disini. Di pembaringan terakhir, setelah bertahun lamanya ditenggelamkan oleh gelombang nafsu jiwa yang lupa diri dan dikebiri.”
( Perempuan itu berdiri memandang ke segala penjuru. Mengambil lontar yang berserakan dan membacanya)
Katanya : ” Milik siapa gambar-gambar ini ? Kata-katanya bagai sajak yang ditulis oleh orang – orang yang kerdil jiwanya dan putus asa. Nasib, takdir dipertanyakan. Noda, dosa, kepalsuan dan dusta. Ini pasti gambar orang-orang munafik yang selama ini sering keluar masuk pintu birahi kekuasaan. Ah, manusia ! ”
( Ia merenung sejenak. Terdengar sayup angin bertiup dan suara orang-orang gelisah)
” Sungguh gila hidup ini. Banyak orang tertipu oleh muslihat iblis lalu gila.. Bahkan tak sedikit yang mati bunuh diri. Tapi kenapa begitu banyak orang-orang rakus berkeliaran. Garang bermata jalang terus memangsa apapun. Meski bukan miliknya. Hiiii ! Inilah yang menjadikan penyakit. Ulah iblis yang terus merongrong haati nurani dan kemanusiaan. Menghancurkan kebenaran hingga tak berdaya. Hukum diperlakukan bagai kapak dan keadilan dikebiri !”
( Lontar itu diremas dan dibuangnya)
” Cerita busuk teruuus saja berulang-ulang……wah, malam begitu gelap. Gumpalan tanah cadas yang menjulang itu kenapa tampak menyeramkan, ya. Kelelawar dan burung-burung gagak terbang dari sarangnya. Pasti mencari makan untuk perutnya yang lapar. Hai, bayangan apa itu ? Wah, pasti pelacur yang kemarin mati dibunuh oleh lelaki jalangnya itu Dasar iblis, mencari mangsa. kemana lagi ia……….
( 11 Mei pentas ngabuburit di studio teater Merah Putih. Jam 15.30 wib.pentas di rumah saja Jl. Siti Hinggil IV/9 Lirboyo Kediri) penonton terbatas dan tetap jaga jarak. Arahan Mudjiono Emje. Penata artistik Nanda Puspitasari. Pimpro Sriwulan Roes