Tahun 1879, 21 April Ibu Kartini dilahirkan dari keluarga bangsawan. Sebuah makhluk kiriman Tuhan dg kecerdasan, keberanian dan keikhkasannya. Sekalipun berumur pendek, Ibu Kartini sosok yg seolah tidak pernah mati. Pemikiran benar-benar telah membuat orang tercengang di zamannya. Tidak hanya bangsa kita yang kagum, bangsa Belanda pun tidak mengira di negeri jajahan ada sosok perempuannya cemerlang, bernyali dan penggugah kemajuan alam berfikir manusia. Tidak hnya alam berfikir tentang kemerdekaan kaumnya dari belenggu penjajah dan tradisi Jawa. Ibu Kartini juga kritis atas kehidupan keagamaan Islam yang eksklusif, staqnan dan dogmatis. Ukuran perempuan zaman itu sangatlah luar biasa. Belum lagi pengorbanan untuk mengikuti kemauan adat, harus dipoligami beruntung oleh seorang pejabat Bupati. Justru dengan ikhlas dan dijadikan sandaran untuk modal berjuang memperbaikan peradaban perempuan lewat pendidikan sekadarnya. Pencerah pemikiran Ibu Kartini kelak memecahkan kebekuan dan keangkuhan tradisi dan agama yang dogmatis. Seharusnya perjuangan dan pengorbanan Ibu Kartini terus digelorakan tidak hanya sebatas peringatan seremonial. Kartini Kartini zaman now terus bangkit bergerak tidak untuk bersaing gender dengan kaum-kaum lelaki tetapi membangun fitrah perempuan ciptaan Tuhan dengan hak-hak yang sederajad dalam martabat bukan dalam kodratnya. Perempuan tetapkah perempuan. Tapi tidaklah maksud Tuhan Sang Pencita menjadikan perempuan sebatas sebagai perhiasan duniawi tanpa peran juga sebagai penggagas kehebatan isi kehidupan dunia. Zaman akan menjawabnya. Selamat Hari Kartini.