Sisi Spiritual Perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman,Tokoh Militer Legendaris Indonesia

Menara Madinah.com ,Panglima Besar Jenderal Sudirman adalah tokoh militer legendaris dan kebanggaan Indonesia.Namanya dipakai untuk nama jalan protokol dikota-kota,universitas ,museum dan lain-lain.Prestasi kemiliteran Pak Sudirman begitu gemilang,beliau adalah jenderal pertama dan termuda dalam sepanjang sejarah Tentara Nasional Indonesia(TNI).Di usia ke-29 tahun,beliau yang dikenal pandai dan terampil sejak sekolah dan rajin beribadah telah mencapai puncak karir militer.
Melalui konferensi TKR tanggal 2 November 1945,beliau diangkat menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat(TKR),cikal bakal Tentara Nasional Indonesia(TNI) saat ini.
Lalu pada 18 Desember 1945,pangkat jenderal dianugerahkan untuknya lewat pelantikan oleh presiden Sukarno.Jadi beliau memperoleh pangkat jenderal bukan karena lulusan Akademi Militer atau pendidikan militer sejenisnya,namun karena prestasi dan kontribusinya sebagai tentara yang telah memberikan dedikasi terbaik untuk rakyat,bangsa dan negara ini.
Jenderal Sudirman bersama para pasukannya berjuang dengan strategi perang gerilya .Sebuah taktik perang dimana beliau dan para prajuritnya harus berpindah-pindah tempat.Bersembunyi dan menghilang,lalu menyerang musuh secara tiba-tiba.Dari kota menuju desa,masuk dan keluar hutan,melintasi pegunungan terjal ,menuruni bukit dan menyeberangi sungai.Meskipun beliau bergerilya dalam keadaan sakit TBC,tetapi ghirah(semangat,spirit) untuk berjuang tidak pernah padam atau melemah.”Yang sakit Sudirman,Panglima Besar tidak pernah sakit”,ungkapnya.
Beliau telah bersumpah bahwa dia akan tetap menjaga negara ini hingga ajal menjemput.
Anehnya,Jenderal Sudirman yang waktu mudanya aktif di organisasi kepanduan dan menjadi guru di HIS Muhammadiyah Cilacap tidak pernah tertangkap oleh Belanda,meskipun menderita sakit paru-paru dan ditandu ketika bergerilya.Beliau selalu lolos dari kepungan musuh yang bersenjata lengkap dan modern.
Bagaimana bisa Jenderal Sudirman selalu selamat dari operasi militer Belanda?
Ketika para pasukan Jenderal Sudirman menanyakan “jimat” apa yang dipakai sehingga serdadu Belanda kesulitan menangkapnya hidup atau mati.Sang jenderal yang sakti namun rendah hati dan berjiwa patriot sejati menyebutkan tiga hal yaitu:tidak pernah putus dari wudhlu,sholat lima waktu tepat waktu dan mengabdikan diri bukan untuk keluarga atau golongan,melainkan untuk bangsa dan negara.
Dalam hal spiritual,Jenderal Sudirman yang lahir di Bodas ,Karangjati,Purbalingga ,Jawa Tengah ,24 Januari 1916 memiliki guru seorang kyai bernama Subchi dari Parakan,Temanggung,Jawa Tengah.
Disaat menghadapi perang,Jenderal Sudirman mengamalkan do’a dari Kyai Subchi yang punya julukan”Kyai Bambu Runcing”.
Guru Jenderal Sudirman dan banyak pejuang lainnya tersebut dijuluki “Kyai Bambu Runcing” karena pada masa revolusi meminta para pemuda untuk mengumpulkan bambu yang ujungnya dibuat runcing ,diberi asma’ dan do’a khusus oleh beliau,lalu dipakai melawan musuh.Akhirnya bambu runcing menjadi simbol perjuangan rakyat Indonesia untuk melawan Belanda dan sekutunya.
Jenderal Sudirman yang merupakan putra dari Bapak Karsid Kartawiraji dan Ibu Siyem wafat pada 29 Januari 1950 pukul 18:30 di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara,Yogyakarta.
Ribuan rakyat berdiri ditepi jalan menyaksikan dan melepas kepergiannya dalam konvoi pemakaman yang dipimpin empat tank dan delapan puluh kendaraan bermotor,dilaksanakan oleh Brigade IX.
Tahun 1997,almarhum
menerima anugerah gelar”Jenderal Besar Anumerta Bintang Lima”
bersamaan dengan peringatan HUT ABRI ke-52,5 Oktober 1997.
Kontributor:Bro J,dari berbagai sumber.