Surabaya- menaramadinah.com-Tokoh Masyarakat Kota Surabaya, Firman Syah Ali yang akrab disapa Cak Firman meminta Pemerintah segera membakukan istilah-istilah asing tentang Convid-19 ke dalam bahasa Indonesia dan menggunakannya dalam pernyataan sehari-hari.
“istilah-istilah asing seperti Lockdown, Social Distancing, Physical Distancing, Flattening the curve, Epidemi, Pandemi, Herd Immunity, Imunitas, Isolasi, Work Form Home, Imported Case, Local Transmission, Rapid Test, Antiseptik, Disinfektan, Hand Sanitizer, Suspect, Outbreak, Swab test, Hazmat swit, Spesimen, Screening pasien, Klaster,
tracking pasien dan lain lain itu tidak dimengerti dan sulit dipahami oleh masyarakat akar rumput alias wong cilik, hendaknya pemerintah segera temukan istilah pengganti dalam bahasa indonesia, misalnya physical distancing diganti penjagaan jarak badan atau disingkat jaga jarak” ucap Bendahara Umum PW IKA PMII Jawa Timur ini.
Cak Firman mengaku prihatin melihat warung-warung cangkruk masih ramai pengunjung terutama di kawasan Surabaya Utara. Cak Firman khawatir jangan-jangan mereka tidak faham dengan apa yang disebut physical distancing dll.
“Rakyat kita sejak dulu takut sama tentara, sepertinya tentara perlu ditugaskan resmi untuk mencegah penyebaran Convid-19 ini, kalau cuma polisi dan satpol PP diam-diam mereka kembali lagi” lanjut Pengurus Harian PW LP Ma’arif Jawa Timur ini.
“Mereka yang masih nyangkruk itu tidak sadar bahwa diri mereka sedang terlibat tindakan pembunuhan masal. Mereka ke warkop karena cari Wifi gratisan tapi pulang-pulang bawa oleh-oleh corona ke keluarga dan tetangga-tetangganya, apa tidak kejam? apa tidak bukan pembunuh?” pungkas Keluarga Besar Alumni IPNU ini. Husnu Mufid