Oleh : Firman Syah Ali
[25/3 06:30] Firman: Pada awal munculnya 2019 nCov alias coronavirus di Wuhan, seorang oknum ustad bekoar-koar bahwa virus corona itu adalah tentara Allah yang diturunkan untuk membela muslim Uighur dari penindasan RRC. Tidak lama kemudian virus ganas tersebut malah menyerbu tanah suci umat islam hingga umroh dihentikan dan Ka’bah ditutup. Pernyataan oknum ustad itu langsung berubah bahwa virus corona merupakan anugerah bagi umat islam sebab mati karena corona merupakan mati syahid. Sama sekali oknum ustad itu tidak membahas Uighur lagi sebab muslim uighurpun dicekik oleh corona. Hanya beberapa saat setelah mengatakan bahwa virus corona bisa menyebabkan muslim mati syahid, oknum ustad tersebut malah membatalkan semua jadwal ceramahnya karena alasan corona, padahal pada waktu itu pemerintah belum mengumumkan situasi darurat, belum mencabut izin kegiatan pengajian bahkan belum melarang keramaian apapun.
Ada juga oknum Ustad yang mengatakan sepinya ka’bah dan terhentinya thawaf merupakan tanda akhir zaman, kiamat sudah di depan mata. Padahal kalau oknum Ustad tersebut mau sedikit saja buka buku-buku sejarah, maka Ka’bah memang sering ditutup tiap kali ada bencana dan wabah, bahkan ka’bah pernah hancur akibat peluru manjanik rezim mu’awiyah, bahkan Hajar Aswad itu juga pernah dicuri oleh sekelompok teroris. Ka’bah digenangi banjir juga sering. Ka’bah bukan sesembahan, ka’bah juga makhluk, masjidil haram juga hanya makhluk, hukum alam berlaku juga pada mereka. Kalau sesekali ka’bah dan haramain ditutup karena sebuah bencana jangan lantas dikira mau kiamat.
Ada juga sekelompok buzzer posting sebuah potongan video ceramah seorang Habib di Tuban yang konon meramal wabah corona wuhan jauh sebelum peristiwa itu terjadi. Dalam potongan video tersebut sang Habib juga bicara tentang bai’atul kubro Imam Mahdi dll. Kemudian banyak yang posting klarifikasi bahwa ceramah itu disampaikan oleh Habib pada tanggal 14 Maret 2020 dalam Majelis Ar-ridwan di Tuban. Tanggal 14 Maret itu corona sudah merajalela dan masuk ke Indonesia, jadi ceramah Habib itu bukan bersifat ramalan masa depan, tapi bacaan masa kini dan prediksi logis terhadap peristiwa yang akan terjadi selanjutnya.
Ada juga ustad yang menyerukan agar corona dilawan dengan istighotsah bersama sambil membaca ayat-ayat tertentu, dia tidak tau bahwa justeru kerumunan banyak orang itulah penyebab corona. Contoh dari Rasulullah kalau ada wabah penyakit menular adalah physical distancing bukan malah ramai-ramai beristighotsah bersama-sama di satu tempat.
Ada juga yang mengatakan bahwa corona takut pada wudlhu, dia tidak tau bahwa korban corona itu banyak yang ahli wudlhu.
Saya mengajak pada diri saya sendiri dan kepada seluruh ustad, marilah hentikan semua kekonyolan ini. Masalah corona biarlah para ahli yang berbicara, yaitu ulil amri minkum.
Pemerintah sebagai ulil amri minkum memiliki aparatur yang ahli di bidang penanganan virus. Tugas saya dan kalian hanya diam tidak usah banyak komentar dan diam di rumah tidak usah keluyuran.
إِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ
فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (Shahih Bukhari Nomor 6015)
Maka biarlah ahlinya yang berbicara dan bertindak.
*) Penulis adalah Pengurus Harian PW LP Ma’arif NU Jawa Timur