Oleh:Musthofa Zuhri
Tema hari ini, tentang sebuah kebencian. Hal ini ditulis akibat fenomena akut yang terjadi di media sosial. Ketika melihat Bola dunia, jagonya kalah, semua mengolok olok yang kalah dan memuja muja yang menang.
Ketika jago nya kalah di pilkada, kelompok yang kalah menghasut bahwa lembaga survey tak netral, KPU disalah salahkan. Bahakan habarnya situs KPU diretas dengan gaya para koboy teroris.
Ketika presiden bekerja keras membangun negeri ini berbentuk infra strukktur dihujat dicaci maki dan bahakn di bully habis habisan dengan malar yang tak logis.
Ketika, virus covid 19 merebak, dan pemerintah sigap dengan mengambil langkah langkah taktis dengan tidsk me LOCDOWN, di anggap kesia sian dan lambat dengan ragam narasi yg minor , Pada hal dengan melockdown tanpa mengukur sektor lain , justru akan memunculkan kepanikan. Dan keresahan yang lebih buruk lagi
Untungnya pihak pihak yang lain masih memiliki malar logis. Kalau kadang membalas dengan sedikit nyinyir, menyindir akibat mempertahankan apa yang menjadi kebenaran dari rumusan Nalar kritis. Meski hal inipun diputar balik seakan akan yang nyinyir dianggap memulai menyerang duluan. logika dibolal balik inilah yang kadanh semakin tak elok dan mengerdilkan nalar cerdas manusia.
Bagiku hanya ingin mengatakan:
Jangan membenci mereka yang mengatakan hal buruk tuk menjatuhkanmu, karena merekalah yang buatmu semakin kuat setiap hari.
Rasa benci seseorang yang terlalu membabi buta akan mengakibatkan kontrol diri tercebur dalam ketidak obyektifan dirinya.
Kebencian biasanya sering menggerogoti jiwa sang penabur kebencian. Tak hanya pikiran, namun segala hal yang ada pada yang dibenci akan dianggap salah.
Warna kulit, hidung, mata, agama yg dianut dan seluruh gerak gerik yang ada akan menjadi sasaran kebencian, meski yang dibenci mengatakan hal yang terbaik sekalipun.
Membenci orang karena warna kulit mereka adalah salah.Apa pun warna kulitnya.
Membenci seseorang karena agama yang berbeda adalah keliru. Apapun agama orang yg dibenci.
Membenci seseorang karena jenis kelamin adalah tindakan jahiliyah. Apapun jenis kelamin orang yg dibenci
Membenci seseorang karena sebuah etnik adalah sembrono.
Apapun etnik dari orang yang dibenci.
Inilah kesalahan yang sering terjadi. Dibesar besarkan dalam panggung drama berjilid jilid yang sangat memilukan sekaligus membosankan. Digoreng demi sebuah kekuasaan.
Mengkritisi tindakan seseorang boleh boleh saja. Namun menempatkan kritikan pada ruang dan situasi yang tepat . Kritik bukan benci. Justru kritikan adalah rasa kecintaan pada seseorang yang dikritik . Kritik menempa t kan argumen sebagai pisau analisa. Kebencian hanya soal ketidak sukaan yang terus menggerogoti kejiwaan.
Meminjam bahasa jawa “NGUNU YO NGUNU TAPI MBOK YO OJO NGUNU”.
Demikianlah..dan saya pun lagi membenci atas sikap kebencian itu . Bukan pada orang yang membenci aku. Karena “janganlah kalian memperolok olok sebuah kaum atas kaum, karena boleh jadi yang diperolok olok adalah lebih memiliki kemuliaan dari yang memperololok olok.
Dan saya sendiri bukanlah orang baik, bukan juga orang pintar. Setidaknya, mengurai nalar kritis dari apa yang terjadi adalah penting.
Messi adalah salah satu contoh, dia mampu menahan diri ketika diolok olok oleh pegiat media sosial, karena kalah 3:4 atas prancis.
Lho kok messi lagi?
lah itu kenapa harus messi. Duh..kah!
Selamat pagi…