HIMBAU PERS JANGAN BERI PANGGUNG POLITISASI VIRUS CORONA

By EShadi Yudha

Salah satu pengurus Dewan Pers mengedarkan release , yang intinya menghimbau agar para jurnalis dan pengelola pers ( mainstream dan online) untuk tidak memberi panggung bagi tokoh atau gugus siapapun ( termasuk pengamat) untuk bermain panggung mempolitisasi adanya musibah marahnya virus Corona.

Intinya petinggi Dewan Pers tersebut menghimbau agar, kritik terhadap pemerintah dikurangi bahkan ditiadakan terkait kebijakan pemerintah yang sedang menangani wabah nasional covid-19 virus Corona.

Himbauan ini bisa dimaklumi dengan beberapa catatan,
Pertama wabah Corona ini termasuk bencana global sampai sampai WHO mengategorikan sebagai musibah internasional .

Kedua, pemerintah saat ini sedang berjibaku lintas sektoral umtuk mamggulangi bagaimana wabah ini segera teratasi dengan memutus mata rantai hidup virus Corona secepat mungkin

Ketiga, perintah tentu memikirkan segala aspek yang timbul dari kebijakan apapun yang diambil dalam menghadapi wabah virus Corona. Aspek tersebut meliputi aspek kesehatan, ekonomi, sosial politik bahkan keamanan secara nasional.

Namun demikian, himbauan petinggi Dewan Pers kepada pada praktisi Pers tersebut bisa saja ditafsirkan beragam. Sah sah saja namanya menafsirkan . Beberapa pekerja pers di Makassar menilai, sudah jamak lumrah kalo pers itu mengkritik atau mengkontrol penguasa atau siapapun yang punya peran otoritas publik, agar kebijakannya optimal demi kemaslahatan mayoritas masyarakat. Pers sebagai social control, dari dulu tak.pernah goyah , kecuali pers partisan atau opportunism pers.

Adanya kecurigaan tokoh tertentu, politisi bahkan pengamat yang menggunakan panggung pers untuk mengkritisi kebijakan seputar virus Corona itupun dianggap wajar. Sepanjang kritik dan pendapatnya berdasar analisa dan cara ungkap yang terstruktur, beretika dan tidak hoax.

Justru karena wabah virus Corona ini tergolong serius dan membahayakan kelangsungan hidup masyarakat banyak, maka dalam managemen penanganan penanggulangannua harus tertata rapi, terorganisir, terintegrasi secara sinergi lintas sektoral lintas srakeholders sehingga bisa optimal, efektif dan tuntas.

Sebagian pekerja pers menganggap, kritikan dan pengamatan para Politisi yang berposisi sebagai oposisi maupun pengamat independen sangat diperlukan sebagai balancing dan sparing partner yang saling melengkapi, saling mengingatkan.

Betapa bahayanya jika masalah krusial emergensi dan urgent seberat ini tidak saling kontrol dan saling mengingatkan. Namun demikian kalo toh terjadi perbedaan pendapat, itu wajar. Sepuluh orang ahli dibidang yang sama, ketika dimintai pendapat tentang hal yang sama, belum.tentu sama pendapatnya. Masing masing punya hak berasumsi sesuai kacamata dan refetensi asumsinya tersebut.

Kaitannya dengan panggung politisasi wabah virus Corona, sejauh ini apakah ada pihak yang memainkan panggung tersebut untuk kepentingan politik, ketenaran pribadi serta tujuan tertentu, perlu kajian komprehensif untuk memberikan penilaian.

Setidaknya marilah dalam mengelola bangsa ini, termasuk menghadapi suka suka bernegara, lebih lebih menghadapi prahara wabah covid-19 virus Corona semua pihak memerankan tupoksi masing masing, saling ingat mengingatkan , saling menyemamgati tanpa ada rasa curiga mencurigai atau saling menjatuhkan.

Namun kembali pada fitrah jatidiri pers, sejak dahulu kala hingga kiamat nanti, seyogyanya pers tetaplah mampu menjadi penyelamat kehidupan. Pengingat yang lupa, penggerak yang malas, penerang bagi yang sedang dalam kegelapan. Pers pun layak menjadi penghibur bagi yang susah dan menderita.
Rakyat sedang menderita, bangsa sedang berduka.
Mainkan peranmu wahai awak pers,
Jangan menari diatas luka.

EshadiYudha.WordPress.Com
Editor Humaniora
SSJ News Channel
MenaraMadinah.Com
Wa 082187376539