Kiprah dan Perjuangan Syekh Sulukhi Wilangan

Nganjuk.menaramadinah.com,Di akhir pekan Sabtu 21 Maret 2020,Bro J berkesempatan mengunjungi kawasan wisata religi maqbaroh Syekh Sulukhi di Desa Wilangan,Kecamatan Wilangan ,Nganjuk.Letaknya tidak jauh dari Kantor Polsek Wilangan.Ditepi jalan raya ada gapura dan disebelahnya terpampang tulisan makam waliyullah Syekh Sulukhi.
Siapakah Syekh Sulukhi? Beliau bernama asli Dewa Agung Pranoto Kusumo,putra dari Brawijaya V(Raja Majapahit terakhir) dengan selir Kanjeng Ibu Sepuh yang dirahasiakan namanya.Saudara Raden Patah tersebut (satu ayah,beda ibu) adalah salah satu santri dari Sunan Ampel/Raden Rahmat.Menginjak dewasa,Dewa Agung Pranoto Kusumo menjabat sebagai Adipati Mbarat ,kini daerah tersebut masuk wilayah Magetan.
Saat pembangunan Masjid Agung Demak Bintoro,Syekh Sulukhi mendapat tugas dari sang guru(Sunan Ampel) untuk mencari bahan makanan bagi para pekerja pendirian Masjid Agung Demak yang tersohor itu.
Karena dia adalah seorang murid yang taat,Syekh Suluki langsung menjalankan tugas .Dikawal beberapa prajurit pilihan seperti Abdul Sa’i,Ki Demang Sekaten,Zaelani,Yusak dan Tumenggung Singolawean beliau menuju daerah yang sekarang masuk Nganjuk.Akhirnya beliau dan para pengawalnya menetap di sebuah tempat yang banyak ditumbuhi alang-alang lebat.Disana Syekh Suluki beserta anak buahnya menanam padi .Kenapa beliau dijuluki Syekh Suluki? Dalam menanam padi agar memperoleh hasil yang berkah dan melimpah,tiap malam beliau tak henti memohon pada Allah dengan jalan laku suluk(tirakat),maka para pengawalnya menyebut beliau Syekh Sulukhi.
Ikhtiar lahir dan batin yang ditempuh beliaupun tidak sia-sia.Beliau berhasil mengirim logistik ke Demak dengan bahan makanan yang banyak dan mencukupi hingga selesainya proses pembangunan masjid.Padi-padi hasil bertani Syekh Sulukhi dan para pengikutnya dikirim lewat sungai ke Demak dengan perahu kecil.Saat pengiriman logistik dengan perahu,Syekh Sulukhi mampu menunjukkan skill yang tidak bisa ditiru para prajuritnya yaitu beliau dapat menangkap ikan hanya dengan tangan,sedangkan para prajuritnya mendapat ikan dengan cara
memancing.
Nama Desa Wilangan ternyata juga terkait dengan Syekh Sulukhi.Karena begitu banyaknya padi yang didistribusikan ke Demak yang dimasukkan dalam bambu-bambu,maka tak terbilang lagi jumlah bambu tersebut.Nah,bahasa lokal mengatakan tidak ter-wilang dan akhirnya menjadi Wilangan.Sebuah nama desa dan kecamatan didaerah Nganjuk ujung barat ,berbatasan dengan Kabupaten Madiun.
Usai proses pendirian Masjid Agung Demak,Syekh Sulukhi tidak lagi bertugas mengirim logistik.Sang guru Sunan Ampel memberikan tugas baru sebagai mubaligh atau pendakwah yang menyebarkan ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah.Pada para santrinya ,beliau mengajarkan laku suluk.Kata suluk diambil dari terminologi Al-Qur’an,Fasluki,terdapat di Surat An-Nahl (16) ayat 69,Fasluki subula rabbiki zululan yang terjemahannya berbunyi:”Maka tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan.Secara harafiah,Suluk berarti menempuh(jalan).
Setelah sekian lama tinggal dan berdakwah di Wilangan,Syekh Sulukhi berwasiat untuk para pengawalnya bahwa bila telah wafat nanti,beliau minta dimakamkan di sebelah timur sungai.
Beberapa waktu kemudian,Syekh Sulukhi wafat.Sayangnya,para pengawalnya tidak bisa menjalankan wasiat Syekh Sulukhi sebab keterbatasan mereka.Jadi,jasad beliau dimakamkan dibarat sungai.Namun anehnya,beberapa hari kemudian,sungai yang sebelumnya mengalir ditimur makam berubah melintas dibarat makamnya,maka otomatis makam Syekh Sulukhi berada ditimur sungai sesuai dengan wasiatnya.Dengan demikian ,maqbaroh Syekh Suluki masuk area Wilangan ,bukan masuk daerah Saradan,Madiun.
Maqbaroh Syekh Sulukhi merupakan pesarean tunggal,dikanan dan kirinya tidak ada makam lain,baik makam keluarga atau santri-santrinya.
Juru kunci maqbaroh Syekh Sulukhi untuk saat ini adalah Mbah Damiran yang juga sesepuh Desa Wilangan yang menjabat sebagai kamituwo.”Banyak peziarah yang datang dari Nganjuk dan luar Nganjuk yang berziarah di makam Syekh Sulukhi,paling ramai di malam Jum’at Legi dan malam Jum’at Kliwon”,ujar juru kunci Mbah Damiran yang juga membuka warung yang tak jauh dari maqbaroh Syekh Sulukhi.
Kontributor:Bro J.