Tugas Jurnalis Diantara Makian Pengurus PP KAUJE

Oleh : Singgih Sutoyo

Pemimpin Redaksi Majalah Acces

Proses panjang beberapa bulan untuk menyelesaikan Buku 2 Alumni Inspiratif akhirnya dapat ditunaikan. Saat menandai menyerahkan dami buku ke pihak percetakan, maka segala urusan teknis cetak offset menjadi tugas ambil alih percetakan. Kecuali kalau kita sebagai penerbit sekaligus menjadi pencetak, maka prosesnya masih rangkaian panjang dua mingguan lagi. Mulai dr proses pracetak bikin plat, menyiapkan kertas, tinta, operator cetak, hingga proses cetak, spot yuvi, laminating (glossi, dop) lipat, finishing banding, potong sisi buku terakhir pengepakan. Proses penyusunan buku Alumni Inspiratif sejak di SK kan PP Kauje pada awal tahun 2019, menghasilkan Buku 1 dan Buku 2. Perjalanan sendiri memerlukan konsentrasi dan fokus dr tim buku yang terdiri dari teman-teman penulis dan marketing. Tim penulis dan tim.marketing bersama-sama menjaring para alumni yang dinilai layak masuk Buku Alumni Inspiratif.Mulai mengkomunikasikan kesediaan, memgajukan daftar interview, curriculum vitae, foto, termasuk donasi untuk buget buku. Rangkaian panjang, tapi tujuan awal disusun buku ini untuk branding alumni sukses Unej, bahan inspirasi dan.motivasi alunni yunior serta adik-adik mahasiswa. Lebih jauh untuk saling kenal dan merekatkan hubungan antar alumni. Petang menjelang malam kemarin saya menyerahkan dami cetak setelah beberapa jam melalui proses digital printing di Primagrafika kawasan Poncol Senen. Namun yang mengejutkan saat ditengah kesibukan digital print tiba-tiba saya menerima telepon dr seorang pengurus inti PP Kauje, dengan nada suara tinggi sangat marah emosional dengan memaki dengan kata-kata kasar. Gara-garanya mengajak ketemu. Beberapa hari se belumnya saya menjawab lagi lock down self karena merebaknya covid-19. Buat apa ketemu orang kalau tidak urgen banget.
Sikap emosional dengan kapasitas seorang pengurus inti Kauje, sebuah organisasi komunitas intelektual, sengat tidak elok. Memaki dan misuh2 jancuk, saya setelah itu hanya mengelus dada. Bahkan dengan bahasnya menyiratkan untuk mengajak gelut (adu fisik), dia menunggunya di Citos. Bukan karena takut untuk.meladeni tantangan seperti itu, apa ya perlu saya datang menerima tantangan si Dul (sebut aja begitu), tapi ya buat apa ? Lagian saya lebih konsen dan fokus menyelesaikanan mandat hasil rapat tim majalah dengan Kauje di DPP Golkar beberapa hari lalu. Dalam rapat itu diputuskan bahwa tim majalah/buku segera menyelesaikan tugas cetak majalah @ccess edisi 09 dan Buku 2. Setelah itu tim buku/majalah menyerahkan tugas dan tanggung jawab kepada PP Kauje pengurus baru.
Menghadapi sikap gaya preman si Dul, saya disarankan teman-teman untuk sabar. Padahal saya juga sempat terpancing emosi saat dia misuh jancuk.ke saya. Saya sponton.menjawab jancukmu dewe, asumu dewa. Astaqfirullah. Saya ingat beberapa peristiwa pengalaman saya sebagai jurnalis, ketika saya diperkusi oleh seorang preman bernama Tito Key (adikJohn Key) di depan penacara Sandy Irawan SH, di kantornya di.Mampang Prapatan tahun 2008. Saat itu saya bermasalah dengaan artis Luna.Maya dan Rebeca, pacar Abi Yapto. Tito.menekan saya dengan kata2 kasar. Anda ini preman apa pengacara ! Saya melawannya. Tp Tuhan maha adil, dua bulan setelah peristiwa itu preman Tito mati ditembak di Bekasi.
Atau saat saya awal jadi wartawan Jawa Pos di Probolinggo tahun 1986. Bupati Probolinggo Kol Pol Soetarjo mengancam saya dengan pistol. Tanpa sadar saya melawannya dengan menuding dia tangan kiri saya. silahkan Saya punya bukti. Saya tidak takut. Itu terjadi di forum pertemuan pabrik PT Sasa. Balada si Dul, si Setan Gundul, juga punya masa silam kriminal.
Menjadi wartawan sudah terbiasa mendapat tekanan dan intimidasi. Jangan jadi jurnalis kalau tidak.berani.menghadapi segala tantangan di lapangan. Kita sebagai jurnalis punya dua pilihan, kalau tidak hidup ya berarti mati.