Karomah dan Keteladanan Buya Hamka,Pahlawan Nasional Asal Sumatra Barat

Menara Madinah.Buya Hamka adalah Pahlawan Nasional yang ditetapkan pemerintah pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak 8 November 2011.
Beliau adalah salah satu putra terbaik bangsa yang dikenal sebagai seorang ulama,pejuang,sastrawan ,wartawan ,cendekiawan dan lain-lain.
Putera dari Syekh DR.H.Abdul Karim dan Ibu Siti Syafiah tersebut lahir di Sungai Batang,Maninjau ,Sumatra Barat ,16 Februari 1908.
Sesuatu unik dari penulis novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah ” dan “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck adalah dalam namanya yang merupakan akronim dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah,sedangkan buya adalah sebutan khas bagi tokoh agama di daerah Sumbar.
Di era rezim Presiden Soekarno,Buya Hamka pernah dipenjarakan (1964-1966) atas tuduhan melanggar Penetapan Presiden Anti-Subversif/Penpres No.11 Tahu n 1963.
Penerima gelar DR.Honoris Causa/Ustadz Ziah Fachrizah dari Majelis Tinggi Universitas Al-Azhar,Kairo,Mesir tahun 1959 itu juga dituduh memprovokasi mahasiswa di IAIN Ciputat(kini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) untuk melanjutkan pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo.
Di dalam penjara,Buya Hamka yang merupakan pendiri Majalah Islam Panji Masyarakat mendapat tindakan kekerasan psikis dan fisik ,sering mendapat perlakuan kasar dari penjaga penjara.
Beliau juga sempat akan disetrum dengan aliran listrik tegangan tinggi.Anehnya,begitu ujung kabel menyentuh tubuhnya,aliran listrik tiba-tiba padam seketika.
Menurut penuturan dari putri Hamka yaitu Hj.Alyah Hamka,waktu akan disetrum beliau pasrah dengan apapun yang akan terjadi.Namun beliau yakin akan kebenaran yang ia pegang teguh.Alhamdulillah,Allah menyelamatkannya.
Didalam penjara ,semangat Buya Hamka untuk berkarya (menulis) masih tetap membara.Terbukti ,dipenjara beliau sukses merampungkan buku berjudul Tafsir Al-Azhar berjumlah 9 jilid.Beliau mensyukuri hal tersebut dan untungnya pemerintah mengizinkan Hamka membawa berbagai buku referensi selama dipenjara.
Buya Hamka ternyata juga punya sifat pemaaf.
Dalam satu kesempatan tokoh yang jarang tidur tiap hari,paling lama 4 jam,waktunya untuk ibadah dan berkarya ,pernah mengatakan:
“Saya tidak pernah dendam kepada orang yang pernah menyakiti saya.Dendam itu termasuk dosa.Selama dua tahun empat bulan saya ditahan,saya merasa itu semua merupakan anugerah yang tiada terhingga dari Allah kepada saya,sehingga saya dapat menyelesaikan kitab tafsir Al-Qur’an 30 juz,bila bukan dalam tahanan,tidak mungkin ada waktu saya untuk menyelesaikan pekerjaan itu..”
Tanggal 21Juni 1970,Presiden Soekarno wafat.Putra Sang Fajar sebelumnya berpesan,”Bila aku mati kelak,minta kesediaan Hamka untuk menjadi shalat jenazahku”.
Pesan wasiat Sang Proklamator itupun terwujud.Buya Hamka dengan ikhlas bersedia untuk memimpin sholat jenazah Bung Karno.
Kontributor:Bro J/Berbagai sumber