By EShadi Yudha
Ada apa dengan wartawan ? Apa hubungannya dengan Corona? Ada atau tak ada hubungan tergantung tali cantelan, dihubungkan atau tidak.
Wartawan Ratunya dunia
Apa yang dikatakan wartawan
Itulah dipercaya dunia
Baik kata wartawan
Baik pandangan dunia
Jelek kata wartawan
Buruk pula pendapat dunia
Wartawan oh wartawan, ratunya dunia
( Cuplikan lagu Qosidah, Nasyidaria ,Semarang)
Wartawan sedari dulu dijaman perjuangan kemerdekaan, selalu dielu elukan peran goresan tintanya. Perburuan berita investigasi i jaman penjajahan, seakan menjadi intelejen kedua dalam menentukan strategi tempur. Wartawan bisa masuk wilayah wilayah yang terlarang bagi sipil biasa, menyeruak hiruk pikuk perang yang berkecamuk. Bahkan dengan Identitas yang disandangnya, wartawan boleh dan bisa masuk kantong kantong lawan, daerah tawanan perang, camp camp isolasi rumah tahanan.
Itu kisah wartawan disaat terjadi perang fisik, perang reguler mekanik.
Bagaimana peran fungsi eksistensi wartawan kini , di era perang urat syaraf, petang strategi ekonomi, perang ideologi , perang iTE digital 4G, 5G hingga 10G?
Wartawan dan Corona.
Wartawan memang juga manusia. Mereka bukan Malaikat yang taunya hanya taat setia, tidak kenal lelah, lapar dan dahaga. Malaikat tak punya nafsu, tak punya birahi, tak punya ambisi. Eksistensi hanyalah tunduk mengabdi, setia pada perintah Tuhannya. Apa yang ditugaskan padanya,Malaikat selalu taat perintah tanpa ada membantah sedikitpun juga. Beda dengan manusia, kadang taat kadang kianat. Kadang setia kadang berdusta. Itulah manusia, terbolak balik hatinya, ada nafsu, ada ambisi, ada naluri ada nurani dan kata hati. Ada pikiran sekaligus ada perasaan.
Bagaimana urgensi eksistensi wartawan dan Corona yang menjadi title tulisan ini?
Wartawan adalah makhluk istimewa yang diciptakan Alloh SWT dimuka bumi. Keistimewaan itu tidak dimiliki sembarang manusia. Jari jarinya, otaknya, pikirannya, tak mau berhenti mencari , menganalisa, mengolah dan menyajikan apa yang menjadi fakta, peristiwa, fenomena ,berita yang dilihat didengar dan diketahuinya. Untuk mendukung pembenaran penglihatannya , wartawanpun rela kesana kemari mencari rujukan pendapat pelbagai pihak Nara sumber agar analisanya berimbang tidak memihak apalagi merugikan seseorang, salah satu pihak maupun banyak pihak. Wartawan selalu mencari masalah
Wartawan selalu kepo, ingin tau segalanya . Usil dan nyinyir bertanya pada Nara sumber, korban, rakyat, pejabat bahkan bertanya pada orang gila ( sekedar penyelaras berita?).
Tentang Corona, wartawan punya hak seluas luasnya mengakses info tentang virus itu
Darimana asalnya, seperti apa sistem kembang tumbuhnya, ada apa dibalik kisah pembiakan virus Corona yang digelari si covid-19 mirip nama artis ILLUSIONIS dunia pengagum jin ifrit , si David Cooperfield yang suka melayang di angkasa dan menghilangkan tubuhnya.
Wartawan punya akses membuka semua literatur Entang Corona, termasuk mengendus buku buku pustaka tentang Corona. Wartawan bisa bebas mewawancarai siapa saja, yang berkompeten tentang Corona. Bahkan kepada siapa yang dianggap kontroversi terhadap fenomena Corona.
Silang sengkarut , Managemen penanganan virus Corona pun terngiang di telinga wartawan. Wartawan bisa saja mengendus lebih jauh dan mengolah kemudian mempublikasikannya. Bisa dan biasa itu. Dan dunia pemberitaan Corona kian beragam, haru biru pro kontra berseliweran di tengah hiruk pikuknya masyarakat gelisah menunggu kepastian kebijakan penguasa, sementara kegelisahan kian memuncak akibat muramnya perniagaan dan ekonomi informal kaum marginal yang semakin jauh dari proteksi pengambil kebijakan.
Wartawan bisa berselebrasi , jumpalitan dan koprol salto bersilat lidah dalam kondisi apapun
Itulah bahagianya sekaligus bahayanya.
Wartawan adalah manusia pilihan. Mereka terpilih untuk tampil mewartakan fakta, berita , pesan dan harapan. Jangan sampai warta yang disebarkan justru memporak porandakan pesan, harapan antara komponen kehidupan , sehingga tak tercapai tujuan. Tujuan setiap Pewartaan adalah kemaslahatan, kemanfaatan dan kesejahteraan. Bukan kehebohan, kemasyhuran dan keributan.
Sudah benar ada UU Pokok Pers , sudah wajar ada Dewan Pers. Sudah layak ada MediaWatch dan berjibun komunitas asosiasi wartawan. Apalagi sekarang eranya digital 4G, 5G, 6G. Wartawan warga atau Jurnalis Citizen kian berjibun di negeri berkembang seperti Indonesia .
Butuh kebikajan yang paling bijak untuk mensikapinya. Fenomena wartawan warga atau jurnalis citizen adalah keniscayaan, kodrat alam kehendak zaman.Tak bisa dicegah tak bisa dielakkan. Sebagaimana virud Corona, bisa mewabah dimana mana.
Bedanya virus Corona membahayakan jiwa , makanya butuh managemen penanggulangan penyebarannya agar siklus hidupnya terputus. Fase tumbuh kembangnya kabarnya hanya bertahan 14 hari, dalam suhu kisaran 27,derajat Celsius.
Wartawan profesi , wartawan warga atau jurnalis citizen tak perlu dibinasakan. Mereka perlu dibina. Diberdayakan , dioptimalisasi kan peran fungsi dan keberadaannya.
Itulah bedanya Wartawan dan Virus Corona.
MenaraMadinah.Com
SSJ News Channe
EshadiYudha.WordPress.Com
Editor Humaniora
MediaWatchCitizen