Oleh Shuniyya Ruhama
Adalah Ibu Siti Alfiah, atau akrab disapa dgn Bu Dirman, adalah wanita yg sederhana. Beliau adalah wanita pujaan & cinta sejati Yang Mulia Panglima Besar Jenderal Sudirman. Terlihat dari raut wajahnya yg mulia itu aura ketabahan yg luar biasa. Kesederhanaan, kepasrahan, juga keperkasaan dlm menahan segalanya.
Cerita ini Shuniyya dapatkan dan dituturkan oleh banyak kalangan di Yogyakarta yg masih mengenal beliau sebelum era tahun 1997. Terutama ibu2 yg begitu mengagumi sosok beliau.
Bu Dirman, adalah wanita yg luar biasa. Pada saat Yogyakarta diagresi oleh Belanda, maka diputuskanlah Jenderal Sudirman keluar dari Ibu Kota dan memimpin perlawanan secara gerilya.
Mendengar keputusan suaminya, Bu Dirman hanya pasrah saja. Beliau mengambil sapu tangan, melepaskan seluruh perhiasan emas permata yg beliau miliki dan seluruh perhiasan simpanan beliau dan diserahkan kepada suaminya. “Ini bekal untuk Bapak. Insyaallah akan sangat bermanfaat nantinya. Bapak tidak perlu khawatir. Saya yang akan mengurus anak2.” Lalu, beliau dgn berat hati, berderaian air mata, Bu Dirman memusnahkan seluruh dokumentasi tertulis tentang segala hal yg berkaitan dgn Pak Dirman. Ini dilakukan supaya Belanda tidak mampu melacak rekam jejak Pangsar dlm bentuk apapun.
Dengan diiringi doa & dukungan penuh dari istri beliau, Panglima Besar Sudirman berjuang hingga akhirnya Belanda hengkang dari negeri ini. Pak Dirman-pun berpulang ke haribaan Ilahi.
Hari berlalu waktu berganti. Saat bangsa ini merayakan hari2 kemerdekaannya & begitu mengagumi budaya luar, maka seakan figur beliau terkuburkan begitu saja.
Beberapa Kyai di Jogja pernah dhawuh, “Lihatlah Bu Dirman jika ingin melihat bidadari yg masih jalan2 di bumi”. Beliau wafat dg damai, namun tak ada liputan yg memadai, karena beritanya tersapu menghilang begitu saja. Anak negeri ini lebih memilih mengikuti berita pemakaman wafatnya Lady Diana, daripada mengantar Sang Bidadari menuju surga sejati.
Ila hadrati Panglima Besar Jendral Sudirman wa zawjatihi Ibu Siti Alfiah wa dzurriyatihima Alfatihah.
Ahmad Zaini Alawi
Jurnalis Citizen