Oleh : Mochamad Syaiful Rijal Hasan (Kepala Madrasah Ibtidaiyah Al-Badri Jember).
Suatu ketika di kelas 3 MI Al-Badri saya mengisi pelajaran Seni Budaya. Anak-anak saya suruh menggambar pemandangan sesuka hati mereka. Jadilah mereka riang gembira menumpahkan segala kreativitasnya. Namun, di balik itu ada beberapa anak dengan penuh was-was bertanya: “Pak Guru, boleh jelek gambarnya?. Siswa yang lain juga berujar : “Pak Guru, sy tidak bisa menggambar?”. What’s wrong with this characther. Maka diakhir pelajaran sy pun memberi sugesti bahwa Tidak ada yang jelek jika itu merupakan hasil karya kita sendiri. Menggambar adalah proses melatih kreasi jiwa. Sejatinya yang jelek adalah kita tidak pernah menggambar karena selalu dihantui ketakutan sehingga justru tidak pernah menghasilkan karya. Keberanian menggambar dan menghasilkan karya, merupakan wujud ekspresi eksistensi diri. Setiap orang semestinya harus merdeka. Merdeka untuk menjadi diri sendiri. Di jaman milenial ini begitu banyak informasi di sekitar kita yang mempengaruhi kita. Dampaknya, seringkali kita terjajah oleh pikiran-pikiran kita sendiri. Padahal Allah berfirman dalam hadits Qudsi : “Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku kepada-Ku”. Maka seorang guru harus bisa menghadirkan makna eksistensi diri kepada siswanya. Semakin baik kita berhusnudzon kepada Allah, maka semakin baik pula harapan atau cita-cita kita menjadi kenyataan. Inilah pentingnya eksistensi diri dipupuk sejak dini.