Ada gebrakan yang dilakukan Pemda Kab. Trenggalek bekerja sama dengan Komunitas Bagimu Trenggalek yakni menyelenggarakan Festival Gagasan Rakyat tahun 2020 Rabu dan Kamis (26-27 Pebruari) di Pendapa Manggala Praja Nugraha. Berikut ini lorsn Wawan Susetya Jurnalis Citizen menaramadinah.com:
Pada Festival Gagasan tahun 2020 ini panitia menerima sebanyak 161 gagasan peserta, lalu diseleksi oleh tim kurator hingga terpilih 10 gagasan terbaik yang kemudian diseleksi lagi menjadi 5 gagasan terbaik. Memang kegiatan Festival Gagasan tahun 2020 ini bukan yang pertama, sebelumnya tahun 2018 pihak panitia menerima 99 gagasan peserta yang kemudian terpilih menjadi 9 gagasan terbaik.
Bupati Trenggalek M. Nur Arifin dan penulis di acara Festival Gagasan 2020
Melihat antusiasme warganya yang berbondong-bondong mengikuti festival gagasan guna mendukung program pemerintah (Bappeda), Bupati M. Nur Arifin menjadi senang. Bupati M. Nur Arifin mengapresiasi dengan baik atas terwujudnya partisipasi masyarakat dalam rencana penyusunan program pembangunan di Kab. Trenggalek.
Kepada para pemenang Festival Gagasan Trenggalek 2020 atau 5 peserta yang gagasannya paling baik, Bupati M. Nur Arifin memberikan hadiah @Rp 5 juta dan penghargaan. Awalnya pihak panitia mengundang Belva Syah Devara (staf khusus Presiden RI bidang pendidikan lan kewirausahaan) dan Bappenas, namun karena mereka berhalangan hadir, akhirnya penyerahan hadiah dan penghargaan dilakukan sendiri oleh Bupati Trenggalek M. Nur Arifin di pendapa Kamis (27 Pebruari). Sebagai gantinya, panitia mengundang bintang tamu Agung Sadana selaku tokoh muda yang piawai dalam Stand Up Comedy.
Pembawaan Agung Sadana dalam Stand Up Comedian di sela-sela Festival Gagasan
Dalam kesempatan itu, Bupati M. Nur Arifin merasa bahagia karena banyaknya warga Trenggalek yang ikut berpartisipasi dalam Festival Gagasan Rakyat tahun 2020. “Saya merasa senang program Festival Gagasan ini mendapat sambutan hangat dari warga kami. Dengan gagasan yang baik-baik dari para peserta, maka saya merasa yakin dan optimis bahwa kita dapat mewujudkan semboyan ‘Trenggalek Meroket’. Dengan demikian semoga ke depan Kab. Trenggalek akan menjadi lebih baik dan maju,” ujar Bupati M. Nur Arifin ketika memberikan sambutan yang mendapatkan applaus para undangan.
Kabupaten Trenggalek sebelumnya dipimpin oleh Bupati Emil Elistianto Dardak didampingi M. Nur Arifin sebagai wakil bupati (wabup) periode 2015-2020.
Penulis bersama Dr. Suripto ketua panitia Festival Gagasan 2020
Namun setelah Emil Elistianto Dardak naik menjadi Wagub (wakil gubernur) Jatim mendampingi Gubernur Khofifah Indar Parawansa taun 2019, akhirnya M. Nur Arifin diangkat Bupati Trenggalek taun 2019-2020. Dengan demikian tahun 2020 ini Kab. Trenggalek akan diselenggarakan pilkada (pemilihan kepala daerah) bersama dengan pilkada serentak.
Dalam kesempatan itu, Bupati M. Nur Arifin menjelaskan mengenai pentingnya keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam merencanakan pembangunan melalui Festival Gagasan Rakyat Kab. Trenggalek 2020. Sebab, mengenai sistem perencanaan dan pelaksanaannya pada era sekarang ini berbeda dengan zaman dulu yang cenderung top-down (dari atas ke bawah), tetapi sekarang melalui pendekatan kombinasi, yaiku top-down dan bottom-up (dari bawah ke atas) dengan cara yang aspiratif dan partisipasif.
“Dengan adanya usulan gagasan dari akar rumput (grassroot) masyarakat, maka diharapkan pembangunan yang dilakukan Pemda Kabupaten Trenggalek dapat tepat sasaran,” jelas pria yang memiliki visi jauh ke depan dalam pembangunan.
Lebih jauh, Bupati M. Nur Arifin—yang sehari-hari akrab dipanggil Mas Ipin—bahwa melalui Festival Gagasan 2020 seperti itu diharapkan program pembangunan yang dijalankan Pemda (Bappeda) akan sesuai atau cocok dengan kebutuhan masyarakat Trenggalek. Apa artinya membangun kalau ujungnya tidak sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat. Bahkan, dengan melibatkan partisipasi masyarakat, setidaknya mereka (masyarakat) bisa mengawasi jalannya pembangunan yang dikerjakan oleh Bappeda.
Filosofi Festival Gagasan
Festival Gagasan Rakyat Kab. Trenggalek tahun 2020 yang dilaksanakan Pemda bekerja sama dengan Komunitas Bagimu Trenggalek ternyata memiliki falsafah atau makna filosofi yang mendalam. Demokrasi yang berarti “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” sudah semestinya bila mengajak rakyat untuk berpartisipasi dalam mengadakan rencana pembangunan daerah.
Menurut Dr. Suripto, ketua panitia, dengan mengadakan Festival Gagasan Rakyat yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan, hal itu merupakan cita-cita luhur dari filosofi demokrasi yang benar. Sebaliknya, bagaimana demokrasi bisa berjalan dengan lancar dan baik dalam pembangunan bila tanpa melibatkan partisipasi masyarakat dalam menyusun rencana pembangunan.
Kegiatan Festival Gagasan tersebut, jelas Suripto, juga sesuai dengan visi Kabupaten Trenggalek yang tertuang dalam RPJMD 2016-2021 yakni “Terwujudnya Kabupaten Trenggalek yang Maju, Adil, Sejahtera, Berkepribadian.” Dalam hal ini Bupati M. Nur Arifin memiliki komitmen untuk membenahi pembangunan birokrasi, pelayanan masyarakat, dan sebagainya.
Dengan terlihatnya antusiasme warga Trenggalek yang mengikuti Festival Gagasan 2020 hingga mencapai 161 gagasan peserta, hal itu mengisyaratkan bahwa sesungguhnya masyarakat mau peduli terhadap rencana dan keberlangsungan pembangunan di daerahnya. Memang pembangunan itu bukan merupakan tanggung jawab pemerintah (pemda) saja, tetapi juga diperlukannya partisipasi masyarakat. Hal itu, menurut Suripto, sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional terutama yang tercamtum dalam pasal 2, 5, 6 dan 7.
Tak ayal, karena antusiasme masyarakat sangat besar, maka pada acara pembukaan Festival Gagasan di pendapa Manggala Praja Nugraha Rabu (26 Pebruari) sejak pagi sudah dipenuhi para undangan maupun peserta.
Dr. Suripto selaku ketua panitia kegiatan tersebut membuka pendaftaran Festival Gagasan Rakyat Trenggalek mulai tanggal 1-20 Pebruari. Ternyata pesertanya cukup banyak hingga mencapai 161 gagasan peserta. Setelah itu pihak kurator atau tim kurasi menyeleksi lagi dan memilih 10 gagasan peserta yang tergolong paling baik.
“Sebenarnya hampir semua gagasan dari peserta yang masuk tergolong baik. Hanya saja, kami dari tim kurasi memang harus memilih dan menentukan 10 gagasan terbaik. Meskipun sulit, akhirnya tim kurasi mengumumkan 10 gagasan terbaik tersebut pada tanggal 24 Pebruari,” ujar Suripto yang mantan Ketua KPU (Komisi Pemilihan Umum) Kab. Trenggalek.
Setelah itu, pada hari Rabu tanggal 26 Pebruari, 10 peserta yang gagasannya paling baik harus mempresentasikan di hadapan para dewan juri (perwakilan dari Bappeda) dan para panelis, antara lain; 1) Nugroho Suryo Bintoro, SE, M.Ec. Dev, Ph.D (dosen Universitas Brawijaya Malang, 2) Udi Hartoko (Kades Pujon Kidul, Batu) 3) Dadang (WALHI Bandung), 4) Wawan Susetya (budayawan dari Tulungagung).
Keempat orang panelis tersebut sekaligus menjadi nara sumber dalam diskusi panel yang dilaksanakan pada hari Kamis (27 Pebruari) yang dipandu oleh Dr. Suripto. “Mereka, para nara sumber yang kompeten untuk memberikan informasi dan inspirasi terkait strategi dan kebijakan pembangunan daerah,” jelasnya. Adapun tema dalam diskusi panel tersebut yaitu “Pengembangan Ekonomi Rakyat Terintegrasi.”
Dia menjelaskan, tujuan diselenggarakannya Festival Gagasan 2020 merupakan upaya menjaring gagasan dengan inovasi terbaik untuk menangani isu-isu aktual yang terjadi saat ini. “Festival ini diadakan dengan harapan dapat menjaring gagasan yang inovatif, kreatif dan aplikatif,” tandas Suripto.
Setelah 10 peserta dengan gagasan terbaik mempresentasikan gagasannya, akhirnya para dewan juri dan panelis memutuskan 5 gagasan peserta yang paling baik, yakni;
1. Mendulang Emas Hijau di Bamboo Edu-Park Trenggalek (Dista Nurdiana)
2. Omah Telo, Ayo Nandur Telo (Sahabat Trenggalek)
3. Mengembalikan Kejayaan Kopi Trenggalek (Mantri Kopi Trenggalek)
4. Mesra Paguyubanku, Menuju Eduwisata Sukses Raih Asa Bersama (Kepala Sekolah SDN 2 Sengon)
5. Peningkatan Kesejahteraan Sosial Berbasis Militansi Warga (Kornea Mahendra)
Sesuai dengan program pihak Pemda Trenggalek dan Komunitas Bagimu Trenggalek, maka 5 gagasan pemenang tersebut akan diagendakan untuk dilaksanakan Bappeda Kab. Trenggalek tahun 2021 mendatang.
Sementara itu, di hari kedua (Kamis, 27 Pebruari) dalam Festival Gagasan Rakyat 2020 tersebut juga dilaksanakan diskusi panel mengenai informasi dan inspirasi yang berkenaan dengan strategi kebijakan pembangunan daerah dengan tema “Pengembangan Ekonomi Rakyat Terintegrasi”.
Sebagaimana diuraikan di atas, nara sumber (narsum) dalam diskusi panel tersebut yaitu 4 orang panelis, yaitu 1) Nugroho Suryo Bintoro, SE, M.Ec. Dev, Ph.D (dosen Universitas Brawijaya Malang), 2) Udi Hartoko (Kades Pujon Kidul, Batu) 3) Dadang (WALHI Bandung), 4) Wawan Susetya (budayawan dari Tulungagung).
Dalam kesempatan itu, , Nugroho Suryo Bintoro, SE, M.Ec. Dev, Ph.D (Universitas Brawijaya Malang) menjelaskan mengenai pentingnya pengembangan BUMDes yang menjadi motor penggerak ekonomi desa dengan berbasis potensi desa.
“Dalam melakukan pengembangan ekonomi, selain potensi, modal dan SDM, maka faktor yang sangat penting adalah pasar. Itulah peluang usaha. Selain itu, dalam pengembangan ekonomi era sekarang ini bukan saatnya melakukan persaingan, tetapi harus berusaha melakukan kerja sama yang terintegrasi,” ujar Nugroho Suryo Bintoro, seorang dosen muda UB.
Selanjutnya Udi Hartoko, Kades Pujon Kidul, Batu membahas mengenai integrasi hasil pertanian, UKM (Usaha Kecil Menengah) dan pariwisata. Udi Hartoko memang seorang tokoh kades yang terkenal karena capaian pembangunan di desanya, Pujon Kidul yang maju pesat. Tak ayal, aset BUMDes di desanya sudah lebih dari Rp 2.5 M.
“Semua itu karena semua usaha yang kami lakukan berbasis kerja sama yang terintegrasi, sehingga membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujar Udi Hartoko.
Sementara itu, Dadang (pengurus Walhi dari Bandung) menandaskan mengenai pentingnya menjalankan pembangunan dengan sistem menjaga dan merawat lingkungan yang berbasis militansi warga. Menurut Dadang, masalah lingkungan yang sering muncul selama ini, antara lain kurang pedulinya pihak pemda dan masyarakat terhadap kebersihan sungai. Dalam hal ini diharapkan adanya kerja sama yang baik antara pihak pemda dengan warga sekitar.
Wawan Susetya, budayawan Tulungagung menjelasakan mengenai upaya melestarikan budaya agraris yang menjadi identitas seni-budaya sehingga bisa menjadi sumber inspirasi dan etos kolektif. Berkenaan dengan hal itu, Wawan mencontohkan mengenai gerakan dan ekpresi tari-tarian karya leluhur Jawa yang cenderung mengarah ke tanah atau bumi. “Hal itu mengisyaratkan bahwa ekspresi tari-tarian dalam seni-budaya bagi wong Jawa itu bersifat agraris atau membumi. Mengapa demikian? Bukankah mayoritas pekerjaan masyarakat kita adalah petani yang mengolah tanah atau bumi? Kalau diteliti lebih jauh, gerakan membumi tersebut mengisyaratkan mengenai sifat andhap asor (rendah hati),” tutur Wawan.
Hal itu berbeda, misalnya dengan model dance (tarian orang Barat) yang cenderung berlunjak-lunjak atau me-langit. “Ya boleh jadi hal itu dipengaruhi karena orang Barat itu kebanyakan tergolong pandai, sehingga memiliki rasa percaya diri yang besar. Bahkan bisa saja karena itu mereka (orang Barat) menjadi sombong!” tandasnya.
Dalam kesempatan itu, Wawan yang penulis buku “Kitab Ketentraman Emha Ainun Nadjib” itu juga mengingatkan pentingnya budaya yang meliputi, antara lain seni, ilmu pengetahuan, teknologi, adat-istiadat dan sebagainya.
“Tidak ada negara tanpa bangsa dan tidak ada bangsa tanpa budaya” demikian ujaran mengenai pentingnya khasanah budaya atau kebudayaan dalam kehidupan termasuk dalam pembangunan.
Budayawan dari Tulungagung itu juga mengingatkan mengenai pentingnya Semboyan Trisakti Bung Karno, yaitu 1) Berdaulat di bidang politik, 2) Mandiri di bidang perekonomian, 3) Berkepribadian di bidang Kebudayaan. “Semua itu sampai sekarang masih menjadi PR bangsa kita untuk mewujudkannya,” ujar Wawan menandaskan.
Setelah itu dilanjutkan dialog dengan para undangan dari staf Pemda Trenggalek, para Kades, staf Kecamatan, termasuk para peserta.