Gus Nukman : tak perlu tinggalkan “assalamualaikum” untuk menjadi pancasilais

 

Malang, 26 Februari 2020-menaramadinah.com’-Untuk menjadi seorang Pancasilais tak perlu harus meninggalkan syariat Islam bagi para pemeluknya, kata Gus Nukman Basori Ketua Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (BAMUSI).
Sebab bila dilihat dari pengamalan dan penghayatan Pancasila itu sendiri tidak ada terkandung didalamnya untuk mengurangi hak-hak beragama seseorang dalam melaksanakan syariat agama yang di yakini nya, dari sila pertama hingga sila ke lima tak ada satupun yang membahas dan melarang sesorang untuk menjalankan syariat agama nya sesuai dengan keyakinannya masing-masing, misalnya Ucapan Assalamu alaikum warohmatullohi wabarokatuh dalam syariat Islam adalah sesuatu yang sudah baku karena berlandaskan dalil-dalil hadist dari rosululloh,

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: [قَالَ] رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم لِيُسَلِّمْ اَلصَّغِيرُ عَلَى اَلْكَبِيرِ, وَالْمَارُّ عَلَى اَلْقَاعِدِ, وَالْقَلِيلُ عَلَى اَلْكَثِيرِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: – وَالرَّاكِبُ عَلَى اَلْمَاشِي

wa an abi hurairah R.a Qola Rosululloh SAW Liyusallim Asshoghiru alal kabiiri, Wal Marru alal Qooidi, Wal Qoliilu alal kastiiri

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah yang kecil memberi salam pada yang lebih tua, hendaklah yang berjalan memberi salam pada yang sedang duduk, hendaklah yang sedikit memberi salam pada yang banyak.” [HR. Bukhari, no. 3231, 3234, dari jalur ‘Atha’ bin Yasar; no. 6232; Muslim, no. 2160 dari jalur Tsabit bin Al-Ahnaf, bekas bukda ‘Abdurrahman bin Zaid, ketiga jalur ini dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam]

Melihat kandungan hadist diatas yang menyebutkan adanya seruan/perintah anak kecil untuk memberi salam kepada yang lebih tua karena inilah hak orang yang lebih dewasa menerima penghormatan dari orang yang lebih mudah dan sekaligus memberikan perintah kepada yang lebih mudah untuk bertawadhu’ atau rendah diri. Boleh saja orang tua memberikan salam terlebih dahulu kepada anak kecil atau yang lebih muda karena rosululloh SAW juga pernah melakukannya mengucapkan salam pada anak-anak, hal ini tentunya adalah dimaksudkan untuk mengajarkan sunnah dan mengajarkan adab yang baik kepada mereka agar nantinya saat dewasa mereka sudah terbiasa untuk mempratekkan adab salam, walaupun anak kecil tidak dibebani kewajiban untuk menjawab salam karena ia belum belum dikenakan hukum syariat tetapi sesuai adab anak kecil di sunnahkan untuk menjawab salam.

Demikian juga orang yang berkendara hendaklah memberi salam kepada yang duduk, ini juga bisa dimisalkan untuk orang yang masuk rumah untuk memberi salam kepada penghuni rumah. Yang lebih sedikit hendaknya memberi salam kepada yang lebih banyak hal ini sudah di contohkan dalam syariat agama sesuai tuntunan Rosululloh dalam Hadistnya. Sehingga saat Ummat Islam menjalankan amaliyah ubudiyahnya sesuai syariat yang menjadi landasan aqidahnya maka tak perlu lagi di ganti-ganti dengan salam-salam yang lainnya.

Warga negara Indonesia khususnya yang beragama Islam mayoritas sudah memahami bagaimana tatacara hidup bernegara yang berlandaskan Pancasila. Bahkan cinta tanah air sudah melekat pada hati dan imannya karena jargon “Hubbul Wathon minal Iman” yang di cetuskan oleh Hadrotus syech KH. Hasyim Asy’ari. Jargon NKRI harga matipun sudah menjadi pegangan sehari-hari mayoritas ummat islam Indonesia selama ini. Maka untuk menjadi seoarang Pancasilais sejati tak perlu meninggalkan akidah islam sesuai yang diperintahkan syariat agama. Kata ASSALAMU ALAIKUM WAROHMATULLOHI WABAROKATUH adalah kata standard dan baku sesuai ajaran agama Islam. Yang sudah sejak dahulu saat islam masuk ke Negara ini juga dipergunakan dalam kehidupan sehari hari bahkan sebelum negara ini ada dan Islam sudah masuk ke Nusantara kata Salam tersebut sudah membudaya lebih dahulu.

Banyak hal yang harusnya dilakukan untuk penguatan dalam memahami dan menghayati serta mengamalkan Pancasila dalam penerapan di kehidupan sehari-hari warga negara NKRI ini. Terutama bagaimana menjaga kondusifitas hubungan antara masyarakat yang sangat majemuk ini, Percuma sekali Negara ini maju kalau kenyataannya warga negaranya hidup dalam keadaan yang tidak kondusif, tidak aman dan selalu hidup dalam ketidak pastian, oleh karena itu untuk mewujudkan warga negara yang berpancasila ya dimulai dari pemegang otoritas di negeri ini. Berikanlah Tauladan yang baik terlebih dahulu dari para pemimpin rakyat sesuai dengan azaz asaz kehidupan berpancasila kepada warga masyarakat Indonesia, tidak malah membuat gaduh dari para pemimpinnya. Apalagi bila berbicara Soal Pancasila dimana saat ini sudah terbentuk BPIP sebagai leading sector umtuk membumikan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Maka tidak perlu merasa lebih hebat karena hanya menjadi ketua BPIP dan berpendapat tentang Hukum syariat agama Islam mengenai Ucapan Assalamu alaikum tanpa mengkaji nya secara matang, masih banyak para Ulama yang lebih mumpuni dibidang Agama yang bisa dijadilan panutan soal pengejawantahan syariat islam dalam kehidupan bernegara.

Bagi Ummat Islam bahwa melaksanan syariat Islam sesuai dengan Aqidah dan keyakinannya adalah Mutlaq hukumnya karena ini berhubungan langsung dengan Alloh sang pencipta alam (HABLUMMINALLOH).Sedangkan untuk menjadi warga negara yang baik dengan taat dan tunduk serta menjiwai Pancasila adalah bentuk dari pada (HABLUMMINANNAS). Jadi tidak mungkin meninggalkan yang lebih utama untuk melakukan hal-hal lain dalam kehidupan beragama.

Maka untuk menjadi seorang Pancasilais sejati tidak harus meninggalkan atau menghapus sesuatu yang telah menjadi pedoman hidup sesuai aqidah agama yang telah dipeluknya.justru dengan menjalankan syariat agama secara Mutlaq dan konsisten adalah merupakan pengejawantahan dari maksud dan tujuan Sila-Sila dalam Pancasila itu sediri. Kata Gus Nukman Basori yang juga Pembina Patriot Garuda Nusantara Jawa Timur menutup penjelasannya.(wawan).