Selayang pandang lautan samudera lepas dari ujung timur Jawa melihat Indonesia kemuka lebih nampak jelas dalam naungan tirakat para pendiri bangsa atas ucapan syukur terhadap pergerakan kebangsaan atas kemerdekaan bangsa Indonesia.
Belajarlah jadi lautan, jangan khawatir di tengah lautan pasti ada ikan ada mutiara walau setiap saat pasti ada ombak.
Dan ombaklah yang akan membersihkan sampah di tepi laut.
*Dan sejarah selalu berulang hanya bentuk dan isinya yang berubah.*
Derai tabur debu tertampar angin spoi indah menyulap hati menusuk kejujuran yang di penuhi pahala dosa sebagai pembasuk najis mugholadhoh sampai kencang angin berbicara terus…., dan bersih sunyi senyam malam bertabur munajat cinta yang mempelai kasih sang Adam meraut-raut tubuh yang tak sempurna.
Pencari cahaya suci yang sejati Duhai debu yang syahdu bisu mensucikan…, Ya sang labu qolbu rindu ya thohir ya muthohhir ya abdi abdun senandung kerinduan padamu; banjir liqo’ yang sejati ya akbar ya sayyidi.
Umdatus salik fi khoiril masalik. Pangurip urip, uripe mu rub Muhammad rob hu rob mu, rub panase mendekar pada bara membara qobaran bakaran ayat surat wahyu nipun tek tek tek dadi dzat kun dzat kun ono.
Menela’ah sejarah perjalanan dan perjuangan para kaum salik dahulu; belajar dari satu wilayah ke wilayah yang lain guna menempuh jalur pendidikan Khususiyah yaitu “Tarbiyatul Thoriqoh”, dimana dulu para masyayekh (Guru Mursyid) mendidik para murid-muridnya (Muridin) dengan mengenalkan kembali sejarah serta kalimat billah ismu mu’adzom bagaimana kita dikenalkan huruf Abjad yang tunggal kembali pada ismu mu’adzom yaitu La ilahaillallah sampai Allah Allah, Hu..hu..hu.
Walaupun kini banyaknya khilafiah yang timbul di Republik Indonesia; itu Dasar dari khilafiah adalah lupa atau melupakan gema gila bangsa dalam sejarah oleh ulama’ Thoriqot pendiri bangsa.
Gerakan harus dibangun dan harus mengukir karier di bidang yang hampir selalu di tentang atau sekurangnya di abaikan.
Maka cocokkan imanmu dengan melihat masjid kanan – kirimu dengan bagimu negeri.
“NU Jaya bersama Nusantara Memetik buah pewaris.”
Pandang cintamu sendiri agar menemukan imanmu sendiri, jangan memandang gengsimu sendiri kelak kau jauh dari cintanya.
Ilmu itu menunjukkan keluasan surga Allah, dan Indonesia adalah bumi surga Allah.
Menghargai perbedaan Tuhan kita berbeda, tapi menyakini hak mutlak Allah Ta’aala.
Bagimu itu negeri…!!!
Jiwa raga kami,
Sadarlah hatinya – sadarlah budinya,
Mari Mendo’a untuk Indonesia Bahagia.
Edy Sembiring
*Thoriqot Pergerakan*
“Eling Asale, Eling Baline”
Nyirami Akal, Madhangi Ati
Totok Budiantoro
Koresponden MM.com