Oleh : Prof Aminudin Kasdi
*Nu’man bin Tsabit* yang dikenal
dengan sebutan ( *Abu Hanifah*), atau populer disebut ( *IMAM HANAFI*) pernah berpapasan ( bertemu bersebelah jalan/dari 2 arah berlawanan )
dengan anak kecil yang berjalan
mengenakan sepatu kayu (terompah kayu). Sang Imam berkata: _”Hati-hati nak dengan sepatu kayumu itu, jangan sampai kau tergelincir.”_
Bocah ini pun tersenyum
dan mengucapkan terima kasih,
dan bertanya: “Bolehkah saya tahu namamu Tuan?”
*”Nu’man namaku”*,
Jawab sang Imam.
“Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar ( *Al-imam Al-a’dhom* ). ( *Imam Agung*) itu..??”
tanya si bocah (kanak-kanak/anak kecil).
_”Bukan aku yang memberi gelar itu, masyarakat-lah yang berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku.”_
Si bocah berkata lagi : *”Wahai Imam, hati-hati dengan gelarmu. Jangan sampai tuan tergelincir ke neraka karena gelar itu…! Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke dalam api yang kekal, jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya.”*
Ulama terkenal yang diikuti banyak umat itupun tersungkur menangis. ( *Imam Abu Hanifah*)
bersyukur.
Siapa sangka,
peringatan datang dari lidah
seorang bocah.
• Betapa banyak manusia
tertipu karena popularitas,
tertipu karena kedudukan dan jabatan,
tertipu karena gelar
tertipu karena maqom dan posisi,
tertipu karena harta yang berlimpah,
tertipu karena status sosial dll.
Jangan sampai kita tergelincir jadi angkuh & sombong
karenanya,
*PEPATAH MENGATAKAN :*
_”SEPASANG TANGAN YANG MEMEGANGMU KALA TERJATUH, LEBIH HARUS KAU PERCAYAI_
_DARIPADA SERIBU TANGAN YANG MENYAMBUTMU KALA ENGKAU TIBA DI PUNCAK SUKSESMU”_