Memahami Elmu Kamanungsan

Adalah suatu yang pasti terjadi poro Sedulur, kadang sinorowedi. Ketahuilah ini, renungkan demi kasampurnaan ilmumu. Di dunia ini, entah kapan, sakit, dan mati pasti terjadi. Maka hendaklah waspada, tidak urung kita juga akan mati, jangan lupa pada sangkan paran dumadi. Untuk itu, di dunia ini hendaklah selalu prihatin. Agar benar-benar sempurna engkau berilmu. Dalam memperbincangkan ilmu kasempurnaan ini, jangan lupa arti bahasanya jika engkau mempertanyakannya. Karena mengetahui arti bahasa adalah kuncinya.

Kesungguhanlah yang pasti, itulah yang perlu benar-benar engkau mengerti. Jangan takut pada biaya. Bukan emas, bukan dirham, dan bukan pula harta benda. Namun hanya niat kang ” TANPO PAMRIH…LEGO…LILO ” saja yg diperlukan. Adapun ilmu manusia ( elmu kamanungsan ) itu ada 2 :Yang pertama adalah ilmu kamanungsan yang lahir dari jalan indrawi dan melalui laku kamanungsan. Yang kedua adalah ilmu kasampurnaan yang lahir melalui pembelajaran langsung dari Sang Khalik.

Untuk yang kedua ini, ia terjadi melalui 2 cara, yaitu dari luar dan dari dalam. Yang dari luar, dilalui dengan cara belajar. Sedangkan yang dari dalam, dilalui dengan cara menyibukan diri dengan jalan bertapa ( bertafakur, Hening, Heneng, Winenang ). Adapun bertafakur secara batin itu sepadan dangan belajar secara lahir. Belajar memilki arti pengambilan manfaat oleh seorang murid dari gerak seorang guru. Sedangkan tafakur memilki makna batin, yaitu suksma seorang murid yang mengambil manfaat dari suksma sejati, ialah jiwa sejati. Suksma sejati dalam olah ngelmu memilki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan berbagai nasehat dari ahli ilmu dan ahli nalar. Ilmu-ilmu seperti itu tersimpan kuat pada pangkal suksma, bagaikan benih yang tertanam dalam tanah, atau mutiara di dasar laut.

Ketahuilah poro Sedulur, kewajiban orang hidup tidak lain adalah selalu berusaha menjadikan daya potensial yang ada di dalam dirinya menjadi suatu bentuk aksi (perbuatan) yang bermanfaat. Sebagaimana engkau juga wajib mengubah daya potensial yang ada dalam dirimu menjadi perbuatan, melalui belajar. Sejatinya dalam belajar, suksma sang murid menyerupai dan berdekatan dengan suksma sang guru. Sebagai yang memberi manfaat, guru laksana petani. Dan sebagai yang meminta manfaat, murid ibarat bumi atau tanah.

Poro Sedulur ketahuilah, ilmu merupakan kekuatan seperti benih atau tepatnya seperti tumbuh-tumbuhan. Apabila suksma sang murid sudah matang, ia akan menjadi seperti pohon yang berbuah, atau seperti mutiara yang sudah dikeluarkan dari dasar laut. Jika kekuatan badaniah mengalahkan jiwa, berarti murid masih harus terus menjalani laku prihatin dalam olah ngelmu dengan menyelami kesulitan demi kesulitan dan kepenatan demi kepenatan, dalam rangka menggapai manfaat. Jika Cahaya Rasa mengalahkan macam-macam indra, berarti murid lebih membutuhkan sedikit tafakur ketimbang banyak belajar. Sebab suksma yang cair atau dalam bahasa arab disebut nafs al-qabil akan berhasil menggapai manfaat walau hanya dengan berfikir sesaat, ketimbang proses belajar setahun yang dilakukan oleh suksma yang beku nafs al-jamid. Jadi, engkau bisa meraih ilmu dengan cara belajar, dan bisa juga mendapatkannya dengan cara bertafakur. Walaupun sebenarnya dalam belajar itu juga memerlukan proses tafakur. Dan dengan tafakur engkau tahu manusia hanya bisa mempelajari sebagian saja dari seluruh ilmu dan tidak bisa semuanya. Banyak ilmu-ilmu mendasar atau yang disebut annazhariyyah dan penemuan-penemuan baru, berhasil dikuak oleh orang-orang yang memilki kearifan. Dengan kejernihan otak, kekuatan daya fikir dan ketajaman batin, mereka berhasil menguak hal-hal tersebut tanpa proses belajar dan usaha pencapaian ilmu yang berlebihan.

Dengan bertafakur, manusia berhasil menguak ajaran “Sangkan Paraning Dumadi “. Dengan begitu terbukalah asumsi dasar dari keilmuan sehingga persoalan tidak berlarut-larut dan segera tersingkap kebodohan yang menyelimuti kalbu.Seperti telah kuberitahukan sebelumnya poro Sedulur, suksma tidak bisa mempelajari semua yg di inginkan, baik yang bersifat sebagian ( juz’i / parsial ) maupun yang menyeluruh ( kulli / universal ) dengan cara belajar. Ia harus mempelajari dengan induksi, sebagian dengan deduksi sebagaimana umumnya manusia dan sebagian lagi dengan analogi yang membutuhkan kejernihan berfikir. Berdasarkan hal ini, ahli ilmu terus membentangkan kaidah-kaidah keilmuan.

Ketahuilah poro Sedulur, Seorang ahli ilmu tidak bisa mempelajari apa yang dibutuhkan seluruh hidupnya. Ia hanya bisa mempelajari keilmuan umum dan beragam bentuk yang merupakan turunannya dan hal itu menjadi dasar untuk melakukan qiyas terhadap berbagi persoalan lainnya. Begitu pula para tabib, tidaklah bisa mempelajari seluruh unsur obat-obatan untuk orang lain. Meraka hanya mempelajari gejala-gejala umum. Dan setiap orang diobati menurut sifat masing-masing Demikian juga para ahli perbintangan, mereka mempelajari hal-hal umum yang berkaitan dengan bintang, kemudian berfikir dan memutuskan berbagai hukum. Demikian juga halnya seorang ahli fikih dan pujangga. Begitu seterusnya, imajinasi dan karsa yang indah-indah berjalan. Yang satu menggunakan tafakur sebagai alat pukul, semacam lidi, sedangkan yang lain menggunakan alat bantu lain untuk merealisasikan.

Poro Sedulur jika pintu suksma terbuka, ia akan tahu bagaimana cara bertafakur dengan benar dan selanjutnya ia bisa memahami bagaimana merealisasikan apa yang diinginkan. Karena itu hati pun menjadi lapang, pikiran jadi terbuka dan daya potensial yang ada dalam diri akan lahir menjadi aksi (perbuatan) yang berkelanjutan dan tak mengenal lelah.

Semoga ada manfaatnya buat saya pribadi khususnya dan poro sedulur pada umumnya.

DAMAI DI HATI…..DAMAI DI BUMI….

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com