Banyuwangi di Ujung Darurat Kriminal

Mochammad Rifai*

Berita kriminalitas beberapa bulan terakhir ini di Banyuwangi, benar-benar menunjukkan kondisi akut. Pembunuhan bermotif perampokan dengan kekerasan yang sadistic, trafficking, perdagangan Narkoba yang tak terbendung, dll. seolah menjadi hiasan headline koran harian setiap terbitan. Lebih menyayat hati tatkala peristiwa demi persitiwa kejahatan itu melibatkan pemuda, remaja belia bahkan usia sekolah.
Dulu, kesenjangan sosial dan kemiskinan ‘dituduh’ sebagai faktor yang melatarbelakangi berbagai persoalan sosial. Sekarang ini setiap ada kejahatan kecanggihan teknologi dan pengaruh budaya Barat sebagai ‘kambing hitamnya’. Sesungguhnya ada yang lebih urgen tetapi tidak banyak orang menyorot adalah sejauhmana caring touch para elitis kita mulai; para politisi, pakar dan praktisi hukum, praktisi pendidikan, tokoh LSM, dst. Patut juga kita pertanyakan peran strategis lembaga penjaga moral; organisasi sosial keagamaan, MUI, kampus, pesantren, organisasi pemuda, mahasiswa, dst.
Sungguh; sekuat apa pun kekuasaan, secanggih apa pun peralatan aparat, sehebat dan secerdas kayak apa kita punya pempimpin hari ini serta berapa puluh penghargaan yang telah kita raih sebagai bentuk apresiasi prestasi, tidak akan pernah punya harapan masa depan jika membiarkan nasib, nyali, moralitas generasi rusak. Bupati Anas pernah berstatement di hadapan ribuan public guru, bahwa tingkat kriminalitas kita sudah diambang ‘lampu merah’.
Ini sebuah proyek yang tidak kalah menarik untuk kita ‘tenderkan’ kepada mereka yang memiliki nurani dan rasa kepedulian terhadap masa depan bangsa. Tawaran proyek ‘prestisius’ ini pasti segera disambut dengan suka cita bagi mereka yang senantiasa merindukan surga. Tangan-tangan ringan sebagai bentuk tanggung jawab sosial Anda akan lebih bermakna daripada pidato berapi-api di forum pengajian, kampus, gedung dewan, dengan riuh gemuruh tepuk tangan ribuan orang sekali pun. Jangan sampai kekhusukan kita beribadah, keasyikan dengan nikmatnya fatamorgana jabatan dan meruahnya kesuksesan dunia sehingga teledor memberikan perhatian pada moralitas generasi penerus.
Melengkapi ‘potret buram’ dari tingginya angka kriminalitas, peredaran perdagangan Narkoba jenis Sabu, sudah tidak lagi di angka satuan gram tetapi kilo gram. Bandar Gede Narkoba dimungkinkan lebih dari satu beroperasi di Kabupaten 100 Festival. Lebih memilukan lagi saat mendengar berita bahwa pengidap HIV/Aids di tlatah Blambangan sudah menembus angka 4000. Sebuah ancaman massif bahkan bisa menjadi bahaya laten terhadap masa depan generasi kita. Informasi ini tidak menutup kemungkinan akan menjadi warning traveling seperti yang pernah dialami Thailand. Tentu juga bisa secara siqnifikan menjadi pengganjal program unggulan pemerintah Banyuwangi dalam memasarkan sektor pariwisata.
Bolehlah kita mengacungkan dua jempol dan aplous yang keras atas prestasi pemerintah daerah. Bukanlah pekerjaan gampang, bimsalabim sukses menurunkan angka kemiskinan dari awalnya memerintah 29% dalam kurun waktu 9 tahun kepemimpinan Bupati Anas mampu menurunkan hingga tinggal sekitar 7%. Menaikkan pendapatan perkapita warga yang luar biasa di angka Rp 8.000.000,00. Pertumbuhan ekonomi yang mengagumkan, dan sukses besar menaikan reputasi dan prestasi luar biasa gemilang di sektor investasi modal. Hotel-hotel berbintang bertebaran. Juga kabarnya Bupati Anas mengahdirkan Paragon investor raksasa asal Singapura yang akan menggarap Pulau Tabuhan. Lebih dahsyat lagi keberhasilan perjuangan Bupati Anas meng-gol-kan golden share kelar 15% (diprediksi sekitar 7 triliun rupiah) atas harta karun Tumpang Pitu dari PT Bumi Suksindo yang berhak mengeksploitasi pertambangan di atas tanah negara 11. 621, 45 ha. Paling tidak wajah psimis lesu Yu Jah, Yu Nah, Yu Tun akan sedikit lebih sumringah optimis karena tidak akan lagi menghadapi siklus penyakit ‘miskin turunan’ yang tak pernah putus.
Namun, keadaan itu bisa menjadi suatu yang ironis, jika kita teledor memberikan perhatian pada sektor moralitas generasi di samping membangun kompetensi yang mumpuni sebagai modal dan juga model dalam menghadapi ‘rimba’ persaingan sosial’ yang kian ganas. Kita harus bangkit, bersatu, bersinergi melawan berbagai bentuk kejahatan. Saatnya Pemerintah Banyuwangi menerima ‘award’ karena keberhasilan mengeliminasi angka kriminalitas. Insyaallah, The Sun Rise of Java akan menjadi sinar inspirasi membangun Indonesia. Semoga.

*Kasek SMA Negeri Taruna Santri Darussholah Singojuruh