KH. MUSTOFA BISRI DI MAKAM MA’LA

Di M A ‘ L Ã T atau M A ‘ L Ã diziarahi KH.Mustofa Bisri. Kemudia beliau bercerita tentang makam Ma’la. Berikut ini pendapatnya:

Akibat begitu hati-hati atau takutnya Pemerintah Saudi Arabia kalau-kalau orang-orang Islam akan menyembah kuburan, maka pusara-pusara di makam-makam di SA –termasuk makam terkenal B a q i ‘ di Medinah dan M a ‘ l ã di Mekkah– dihapuskan. Yang tinggal hanya dataran tanah rata dengan batu-batu sekepalan tangan sebagai tanda bahwa di bawahnya ada jenazah. Maka kita tak akan pernah tahu persis makam tokoh-tokoh sejarah termasuk tokoh sahabat.

Rupanya ini saja tidak dianggap cukup, pemerintah masih memerlukan menjaga ketat makam-makam. Sesuatu yang membuat ‘malas’ berziarah masuk ke kawasan pemakaman yang seperti tak bertanda itu.
Begitulah; berkali-kali aku datang ke Tanah suci, boleh dikata tidak pernah masuk pemakaman bersejarah Baqi’ dan Ma’lã. Cukup berdoa dari kejauhan.

Nah, berkat dimakamkannya Allahu yarham Kiai Maemoen Zubeir di Pemakaman M a ‘ l ã , aku –untuk pertama kali– berminat dan berkesempatan masuk di pemakaman kuno yang berada di ‘dataran tinggi’ Hajün itu. Dan seperti yang saya singgung di atas, yang terlihat hanya dataran tanah rata dan batu-batu sekepalan tangan. Padahal disini dikebumikan beberapa tokoh Bani Abdi Manaf dan Bani Hasyim; tokoh-tokoh sahabat termasuk Yasir, Sumaiyah, hingga Abdullah bin Umar –radziyaLlãhu ‘anhum. Juga di pemakaman ini, dikebumikan tokoh-tokoh Ulama mutakhir ternama seperti Syeikh Nawawi Banten, Syeikh Mahfudz Termas, Sayyid Alawi Maliki dan puteranya Sayyid Muhammad, Syeikh Yasin Padang, dll.
Disini juga dikebumikan Ulama dan tokoh Nusantara belakangan seperti Kiai Muslih Mranggen, Kiai Muhammadun Kajen, Ketua PBNU Subhan ZE, hingga Mustasyar PBNU Kiai Maemoen Zubeir sendiri.

Puncak syukur kami dalam ziarah pertama kali di Pemakaman Ma’lã ini, tentu saja s o w a n PerEmpuan Agung, PerEmpuan terhebat dalam Islam, Pendamping utama Rasulullah shallaLlãhu ‘alaihi wasallam, Ibu kaum mukminïn Sayyidatinã Khadïjah al-Kubrã, radziaLlãhu ‘anhã.
Lahã walijamii’i man dufina fii maqbarati Ma’latil Jannah… Al-Fãtihah.