Mengenal Paguyuban Ngesti Tunggal

Pangestu adalah singkatan dari Paguyuban Ngesti Tunggal. Paguyuban ini berdiri pada tanggal 20 Mei 1949 di Solo, terbuka untuk mereka yang membutuhkan kedamaian hati, ketenteraman serta kebahagiaan dengan membangun jiwa yang luhur (kesusilaan batin) melalui ajaran Sang Guru Sejati/Utusan Tuhan yang Abadi. Ajaran Sang Guru Sejati pertama kali diterima oleh R. Soenarto Mertowardojo pada tanggal 14 Februari 1932. Setelah itu, ajaran Sang Guru Sejati dikenal dan diminati oleh masyarakat sekitar.

Tujuh belas tahun kemudian, atas petunjuk Sang Guru Sejati di rumah Jl. Gondang No.7, Solo mereka yang bakti dan taat kepada-Nya membuat perkumpulan, sebagaimana perkumpulan yang lazim, tetapi para anggotanya tidak diperkenankan ditarik iuran. Sedangkan untuk menjadi ketuanya dipilih dari anggota yang hadir, dan R. Soenarto hanya menjadi penasihat (paranpara). Oleh karena itu, Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu) sebagai perkumpulan (organisasi) dikelola sebagai mana organisasi pada umumnya, seperti: memiliki struktur organisasi, pengurus, dan program kerja. Saat ini organisasi Pangestu telah berkembang dengan jumlah anggota sekitar 200.000 anggota dari berbagai latar belakang suku, agama, profesi yang tersebar di 204 cabang di seluruh Indonesia. Pangestu tidak menyebarkan ilmu kebatinan yang lazimnya disebut ilmu klenik, ilmu tua dan sebagainya. Pangestu bukan agama baru dan tidak bertentangan dengan pelajaran agama yang nyata-nyata dari wahyu Ilahi.

R. Soenarto adalah siswa Sang Guru Sejati yang dipakai sebagai perantara menyampaikan ajaran. R. Soenarto bukan guru atau penuntun dan para siswa yang lain menganggapnya sebagai saudara tua atau orang tua. Oleh karena itu, di kalangan Pangestu R. Soenarto mendapat panggilan hormat “Pakde Narto”.

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com