Banyuwangi dalam Darurat Narkoba dan HIV/Aids

Oleh :
Mochammad Rifai*

Berita tentang kejahatan Narkoba yang berhasil ditangkap petugas, indikasi bahwa betapa ancaman Narkoba di Banyuwangi begitu masif. Para pemain dan bandar gede ternyata ada di tlatah Bumi Blambangan ini. Sungguh prihatin. Satu sisi kabupaten kita ini sukses menggelar berbagai aktraksi seni dan budaya Banyuwangi lewat program festival Bupati Anas yang sudah menggelora sampai mancanegara. Berbagai prestasi telah diterima oleh Bupati Anas sampai-sampai tembok kantor Pemkab tidak cukup sebagai tempat menempel/menggantungkan atribut/sertifat dan menyimpan sejumlah tropi.
Wajah bopeng Banyuwangi justru pada persoalan yang sangat crussial. Penyelamatan generasi dari pengaruh Narkoba, pergaulan bebas dan tentu dampak penyertanya adalah rusaknya mentalitas generasi dan ancaman lost generation pada suatu saat. Padahal pemerintah lagi semangat menyiapkan generasi emas 2045, menyiapkan apa yang disebut bonus demografi yang diangan-angkan akan membawa negeri kita ini menjadi negara diperhitungkan dunia.
Apakah ada korelasi dengan makin maraknya intertaiment kekayaan alam dan budaya berbasis tontonan dan kepariwisataan yang gelegarnya menggaung ke penjuru jagat. Perlu kajian detil. Dan memang kejahatan Narkoba yang masif dan menyebarnya penyakit penyebab Aids itu pasti korelasi siqnifikan. Prostitusi terselubung dengan memanfaatkan fasilitas hotel-hotel, rumah kos-kosan, home stay, penginapan, cafe karaoke, dan sejenisnya itu menjadi satu di antara faktor lainnya.
Selain diperlukan optimalisasi kinerja para penegak hukum, juga pendekatan politik. Tidak boleh hanya alasan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan sebagai rekomendasi untuk memfasilitas orang luar masuk Banyuwangi tanpa harus diperhitungkan dampak sosialnya.
Bagaimana tidak prihatin, posisi Banyuwangi ada di garis darurat. Penderita Aids warga Banyuwangi ada di posisi ketiga ketelah kota besar Surabaya dan Malang. Demikian juga peredaran Narkoba jenis sabu dan obat-obat aditif lainnya yang berbahaya. Di tahun 2019 tercatat hampir 4000 penderita HIV Adis. Mengerikan mayoritas ada di usia produktif. Jelaslah mereka berpotensi menularkan lebih masif lagi lewat hubungan seks bebas dan jarum suntik bagi pengguna Narkoba.
Menyadari sampai kapanpun kejahatan dan perilaku penyimpang sebagian dari masyarakat tidak bisa dihindari. Namun sudah seharusnya yang sadar dan memiliki kesempatan karena ada di posisi yang menentukan saatnya berbuat. Mumpung dipercaya menjadi pejabat, punya kekuasaan dan kekuatan, abdikan dan sedekahkan amanah itu untuk mengambil kebijakan yang dapat mencegah meminimkan hal-hal yang jelas-jelas merusak jiwa generasi pewaris negeri ini. Banyuwangi sudah diambang darurat Narkoba dan HIV /Aids. Apa artinya sukses dan berprestasi membangun jika ternyata pada bagian lain terutama kualitas generasi lemah?
Kepala SMA Negeri Taruna Santri Darussholah Singojuruh, Banyuwangi.