Mengenal Agama Jowo Sanyoto Ki Kere Nikiorejo Klaten

Jowo sanyoto yang artinya sebuah kebenaran dari Jawa. Agama kuno ini monotheis, mengakui keesaan Tuhan. Berbeda dengan Hindu-Jawa yang merupakan polytheis, Jowo Sanyoto dalam intinya mengakui agama besar di dunia beserta Rasul-rasul serta nabi-nabi pembawa wahyu dan ilham, di samping hal-hal di atas yang berbeda ialah reinkarnasi pembawa wahyu Jowo Sanyoto lah abadi pembuka sekaligus penutup dari manusia pilihan di bumi.

Cikal-bakal mengenai berkembangnya agama negara Majapahit yang berhasil mendampingi kejayaan di laut selatan, yaitu pada masa Sri Aji Joyoboyo marak di kerajaan Kediri dan mempunyai pengaruh 75 persen di Nusantara. Perkembangan di bidang seni dan sastra dengan menerjemahkan Barathayuddha ke bahasa Jawa kuno. Majapahit mengambil alih semua kebesaran Joyoboyo, juga meniru membangun angkatan laut yang disegani di dunia.

Dalam agama Jowo Sanyoto memiliki kiblat empat. Utara Selatan Timur Barat, mirip dengan ritual berkeliling dalam Buddha, ditambah lima pancer atau pusat, yakni bertemu sosok yang mirip dengan sosok diri sendiri dalam keheningan. Bukan bertemu sang Maha Esa.

Ritual lain dalam Jowo Sanyoto ialah melakukan ritual pada subuh dan senja hari, mirip dalam salah satu agama monotheis lain. Adapula persembahan atau sesajen yang berbentuk kompas mengarah keempat mata angin, ini mirip dengan Hindu.

Monotheisme dalam Jowo Sanyoto lebih progressif dan dinamis karena mempercayai reinkarnasi pada sang penerima wahyu, sehingga bertentangan dan melangkahi pandangan agama lain yang salah satunya menyebutkan adanya nabi dan rasul pembukan dan penutup. Poin penting Jowo Sanyoto mengakui semua kitab suci besar dan semua orang suci atau para nabi dan rasul.

Pengetahuan mengenai agama pendukung kejayaan Majapahit ini digelapkan dalam sejarah oleh oknum-oknum yang tidak menginginkan agama dan negara Majapahit bangkit kembali. Oleh sebab itulah yang terjadi adalah kesesatan umat dengan membikin aliran-aliran yang tidak jelas juntrungnya di masa modern ini.

Jowo Sanyoto memang sudah terkubur hampir enam ratus tahun lalu, berkat kebobrokan para pejabat dan punggawa yang korup ditambah serbuan dari utara yang membawa keyakinan baru dan ujungnya ambruknya Majapahit menjadi kerajaan kecil-kecil yang di kemudian hari dapat dengan mudah ditaklukkan oleh bangsa Barat yang datang ke Nusantara.

“Dalam negara baru dengan kekuasaan baru membawa agama baru,” begitulah kata pujangga masyhur Pramoedya Ananta Toer.

Pada 1983 agomo Jowo Sanyoto pimpinan Ki Kere di Klaten, Jawa Tengah dilarang oleh rejim “Orde Baru”. Awi

Berbagai Sumber

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com