Jember- menaramadinah.com- Pasca banjir bandang yang terjadi Sabtu 1/2/2020, di Desa Klungkung Kecamatan Sukorambi, Jember telah berlalu, bahkan warga setempat yang terdampak banjir telah kembali kerumah dan mulai melakukan aktivitas seperti semula, anak- anak telah kembali masuk sekolah dengan diangkut mobil yang telah di sediakan , termasuk akses jalan tembus yang telah bisa dilalui warga.
Bahkan warga telah mulai ramai melalui jalan tembus dengan pengendara roda 2 maupun roda 4.
pantauan di lapangan masih menyisahkan pekerjaan untuk memasang bronjong- Bronjong pada daerah yang longsor. Seperti yang dilakukan petugas TNI, Polri, BPBD bersama tim terkait dan elemen masyarakat lainnya telah membuat Bronjong untuk menahan air apabila ada banjir lagi, Rabu 5/2/2020.
Kepala Desa Klungkung, Ghofur ketika di temui mengatakan, Alhamdulillah , semenjak mulai banjir hingga hari ini bantuan- bantuan dari Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Bupati dr. Faida MMR telah kita terima untuk warga terdampak banjir. Selain itu juga terus kami salurkan kepada warga yang berhak menerima.
Untuk warga yang terdampak banjir masih ada 20 orang yang tinggal di pengungsian mereka rata- rata lanjut usia, karena hawatir akan terjadi banjir lagi. Karena kalau usia lanjut untuk menyelamatkan diri sangat sulit mereka ada yang tinggal di rumah warga dekat lapangan.
Kalau yang muda- muda telah kembali kerumah masing- masing.
Untuk yang di lokasi banjir masih ada karya bakti TNI, Polri, BPBD bersama tim kebencanaan serta ada elemen masyarakat. Dengan memasang bronjong- untuk penahan air agar tak terjadi longsor lagi apabila ada banjir. Namun ini telah berjalan hari ke 4, mungkin selesai nanti 7 hingga 10 hari kedepan.
Termasuk jalan yang sempat putus saat ini telah bisa dibuat akses warga setempat.
Sementara terpisah pendamping Desa Muzani menyangkal tuduhan ada dugaan penggundulan hutan oleh warga, karena banjir bandang ini adalah murni bencana alam yang sulit di prediksi oleh manusia.” Kami jamin tak penggundulan hutan disini. Kalau ada potongan kayu yang rapi itu milik warga yang rapuh dan belum sempat terjual hingga akhirnya datang dan terjadi banjir ini.” Tandas Muzani.
Diberitakan sebelumnya, bahwa banjir bandang itu terjadi akibat ada dugaan penggundulan hutan di lereng gunung yang dilakukan warga sehingga mengakibatkan banjir tersebut.( Hrl/Bas)