Jember- menaramadinah.com- Banjir Bandang yang terjadi berapa hari lalu Dan masih meninggalkan trauma serta ingatan bagi warga terdampak, banjir yang terjadi Sabtu sore 1/2/2020, di Dusun Pa, ala Desa Klungkung Kecamatan Sukorambi Jember Jatim, masih menyisahkan ingatan tersendiri bagi warga yang terdampak banjir secara langsung . Bahkan ada beberapa warga yang ingin keluar dari Dusun Pa,ala tersebut.
Memang ada kasak- kusuk yang berkembang di masyarakat setempat, bahwa kalau banjir bandang tersebut yang terjadi Sabtu Sore adalah akibat dugaan adanya pembalakan hutan yang dilakukan warga setempat. Hal ini yang mengakibatkan hutan gundul apabila ada hujan maka rawan sekali terjadi banjir dan tanah longsor.
Salah satu tokoh masyarakat Sukorambi, Muklis mengatakan , bahwa banjir bandang yang terjadi di Dusun Pa, ala Desa Klungkung Kecamatan Sukorambi akibat adanya pembalakan liar, seharusnya Pemerintah dengan Dinas terkait harus turun kelapangan dan melakukan observasi bersama- sama.
” Karena hal ini membutuhkan kajian- kajian yang kongkrit para pihak, jadi juga melibatkan tim independen dan ini sangat butuh waktu panjang untuk memutuskan hasil temuan lapangan, Selain itu agar nanti kedepan tak terjadi lagi banjir bandang seperti kemarin lusa.” Tandas Muklis yang juga Politisi ketika di mintai pendapatnya Selasa 4/2/2020.
Lebih jauh Muklis menuturkan, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten segera mengambil langka kongkrit terkait kejadian tersebut. Ada kajian- kajian dari lapangan, apa yang sedang terjadi di wilayah Utara lereng lereng gunung Argopuro itu.
” Dari hasil observasi tersebut terus dilakukan kajian dan langka apa yang akan dilakukan Pemerintah agar menyelamatkan Jember ini, tentunya agar nanti dilakukan reboisasi yakni penanaman kembali pohon pohon agar tidak terjadi longsor dan banjir tersebut.” Imbuh Muklis yang juga Ketua BPD ini.
Dia menambahkan, memang jujur saja setelah mendapat ijin dari Perhutani , lereng gunung Argopuro banyak di tanami kopi oleh petani , mereka sekarang ekonominya semakin meningkat dibanding 20 tahun sebelumnya.
” Namun sayang karena faktor kurang dibekali ilmu sehingga banyak petani yang justru semakin merusak ekosistem yang ada. Dan ini jangan sampai terjadi lagi pada kemudian hari. Sehingga ekosistem tetap seperti semula, sehingga ketika musim hujan tak terjadi longsor dan banjir bandang lagi.” Pungkasnya.( Hrl/Bas)