Gowa,MenaraMadinah.Com-Tanah Karaeng Kerajaan Gowa menyimpan sejuta misteri dan legenda. Khasanah historis budaya dan sakralitas alamnya sarat dengan pesan leluhur dan kedalaman peradaban spiritual sosiomagis.
Teringat salah satu simbol dari kejayaan Gowa yakni Dua saksi alam yang hingga kini masih bertengger gagah di kabupaten Gowa, yakni Gunung Lompobatang dan Gunung Bawakaraeng. Secara posisi geografis, Gunung Lompobatang terletak sebelah kiri dan Bawakaraeng di sebelah kanan. Ini jika kita mengikuti arah timur ke barat.
Perjalanan mistik yang dilakukan KARSPALA GOWA salah satu kelompok pecinta Alam dan Pelestari budaya dalam rangka menggali informasi seputar mistisisme LompoBatang dan Bawakaraeng.
KARSPALA Gowa menyimpulkan dibalik mahakarya gunung Lompobatang dan Bawakaraeng terdapat bahan pembelajaran hidup yang sangat penting , mengingat perang saudara yang terjadi di masa lampau yang disebut Bete Salapang ri Gowa. Sejarah kelam itu telah menjadi aib bagi kerajaan Gowa itu sendiri dimasa Karaeng Paccallayya.
Gunung Bawakaraeng dan Lompobatang menyimpan misteri yang begitu luar biasa. Satu persatu akan disibak Tim Karspala Gowa ini. Salah satu makna yang fundamental adalah posisi Gunung Lompobatang yang ada di sebelah kiri , melambangkan keserakahan, kerakusan manusia . (Lompo batang artinya perut besar).
Sedangkan Gunung Bawakaraeng berada di posisi kanan bermakna Ketabahan, rendah hati dan kesabaran. (Bawakaraeng bermakna Mulut Tuhan ).
Salah seorang penasehat Karspala Gowa ,Tata Jabbar menuturkan pada media ini bahwa dulunya orang naik Bawakaraeng untuk menyempurnakan ibadah, melaksanakan ritual tertentu , menunaikan nadzar mencari keberkahan dan sebagainya. Barmacam macam motivasi dan karakter para pendaki gunung Bawakaraeng . Hal itu masih berlangsung dari dulu hingga saat ini.
Pesan dari pendiri Karspala Gowa, Iqbal Amran Nuesani , jangan sampai terjadi pembelokan niat di gunung Bawakaraeng . Seperti melaksanakan ritual yang melanggar syariat Islam, seperti mencari pesugihan , kejayaan dan perkara keduniaan di atas gunung Bawakaraeng. Jadikanlah gunung Lompobatang dan Bawakaraeng menjadi acuan hidup, pembelajaran , penggalian makna dan simbul kearifan serta hakikat kehidupan.
Untuk mendaki Gunung Bawakaraeng perlu pendakian bertahap, dari pos 1 , 2, 3 dan seterusnya. Semua ada 13 pos. Namun para pendaki umum hanya diperkenankan sampai pos 10.
Hanya pendaki khusus tertentu yang sanggup sampai pos 13. Tidak sembarangan untuk mencapai puncak pos 13. Sebab mulai pos 5, 7 dan 11 area tersebut seringkali berselimutkan kabut tebal dan buliran es. Area mulai pos 8 para pendaki rawan terancam kekurangan oksigen alias hypothermia. Mereka banyak menggigil kedinginan, gemetar dan sulit bicara.
Di pos 10 ( Masijika) gunung Bawakaraeng terdapat sebuah Maqam , yang diyakini sebagai maqamnya penjaga Gunung Bawakaraeng yang bernama Tata Rani. Disini ada batu mirip Ka’bah dan Masjid.
Di pos 11 ( BungunTujua) ada sumur ajaib ” BungunTujua” yang selalu berair sepanjang tahun tanpa pernah kering. Air sumur inilah yang dijadikan tempat minum dan sarana ritual seperti berwudhu dan membuar air obat versi para pendaki.
Kesakralan juga terasa di pos 11 dan 12 ( Timbanganga) , di area ini banyak bebatuan yang memiliki rupa mirip timbangan, mirip gerbang dan lainnya. Batu timbangan seringkali dijadikan ajang uji nyali, siapa yang menginjak batu dan banyak dosa maka batu tersebut bergoyang. Pendaki yang takabur dan punya niat jelek, seringkali diuji disini secara mistis , yakni di area batu bergoyang.
Pada area pos 13( Ka’baiya) adalah jalur lintas para pendaki yang ingin menyeberang dari gunung Lompobatang ke gunung Bawakaraeng. Di pos 13 ini seringkali berlangsung acara ritual doa , sembahyang bahkan keyakinan sebagian pendaki bisa menggantikan ritual ibadah haji. Di area ini dikisahkan sempat terjadi pertemuan Rosululloh dengan para wali Alloh di gunung Bawakaraeng seperti Datuk Panggentungan , Karaeng Paccalayya dan lainnya. . Beberapa tempat bahkan disakralkan masyarakat sebagai tempat penyiaran awal agama Islam. Inilah disebut Pos Kasayanganya Nabita.
Itulah kisah yang tlah lama beredar di tengah masyarakat khususnya wilayah Gowa dan sekitarnya. Dan kini kisah itu diliterasi langsung oleh pecinta alam dan budaya Karspala Gowa.
Itupun baru sekelumit kisah misteri pasaknya bumi penyangganya langit bernama gunung Bawakaraeng. Masih banyak kisah unik dan mistis lainnya, tersimpan di gunung tertinggi ketiga setelah Latimojong dan Lompobatang di Sulawesi Selatan itu.
Ikuti terus liputannya dari narasumber terpercaya para pemerhati , pecinta, pendaki bahkan penjaganya Bawakaraeng.
( SamsulHadi/Ian Sabila/Iqbal Amran Nursani/ Muh Irsan/ MenaraMadinah.Com)