SMA Nuris Tulis KTI tentang Toleransi Beragama Raih Juara LKTI

Kemampuan pelajar SMA Nuris dalam menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) tak perlu diragukan lagi. Tak hanya di bidang seni dan bahasa, namun bidang keagamaan mereka mampu menuliskannya dengan baik.Tak heran, ketika mengikuti lomba lomba karya tulis ilmiah tingkat Jawa Timur di IAI Syarifuddin Lumajang akhir Desember 2019 lalu. Mereka meraih juara dua tingkat Jawa Timur.
Para peraih juara itu adalah Tegar Ramadani, siswa kelas XI IPA 1, Naufal Khannur T, siswa kelas X IPS 1, dan Ibra Fajri Mulky siswa kelas X IPA 1.
Mereka menulis KTI dengan judul Jember Religious Education School Program (Jember Reschoolgram). Program Edukasi 6 Agama Bagi Pelajar Guna Meningkatkan Toleransi Agama Jember Berdasarkan Al Quran.
Kemampuan para pelajar di bidang agama membuat mereka menuliskannya dengan isi yang menarik. Penilaian lomba ini meliputi 40 persen penyampaian, 30 persen inovasi, 10 persen kesesuaian tema, dan 20 persen implementasi.
Tegar Ramadani, ketua tim SMA Nuris Jember mengatakan karya tulis yang mereka buat membahas tentang sosial budaya. Di dalamnya berisi tentang program Jember Reschoolgram yang memiliki fungsi untuk meningkatkan toleransi antar umat beragama di Kabupaten Jember. “Karena di Jember masih ada yang berpaham radikalisme dan terjadi sikap intoleransi,” katanya.
Tim dari SMA Nuris tidak menyangka bisa mendapat juara, karena mereka harus bersaing dengan berbagai peserta. “Tapi kami yakin karena kami menyampaikan fullpaper kami dengan maksimal, semangat dan kompak. Kami juga bisa menjawab pertanyaan juri dengan baik, seluruh pertanyaan kami jawab,” tambah Naufal Khannur, anggota tim SMA Nuris Jember.
Naufal menambahkan ingin terus mengembangkan kemampuannya dengan mengikuti lomba LKTI tingkat nasional, di bidang sosial budaya. “Dalam meraih suatu prestasi tentunya butuh usaha yang keras, mengurangi waktu istirahat, belajar lebih rajin, berdoa, belajar public speaking yang baik dan benar,” tambahnya.
Sementara itu, kepala SMA Nuris Jember Gus Robith Qoshidi mengatakan, lembaga yang dipimpinnya memang memberikan wadah bagi para pelajar untuk belajar menulis. Mereka dilatih untuk membuat karya tulis, melakukan eksperimen. “Satu bulan, satu inovasi yang dihasilkan oleh para pelajar,” pungkasnya. (kl)