Debatable Manusia: BAI’AT BRAINWASH ATO CUCI OTAK.

By Eshadi Sesantri*

Mendengar kata Bai’at, sebagian kalangan langsung menghubungkan dengan istilah brainwash atau cuci otak.
Kalimat ini penulis dengar sendiri dari seorang awam, walau kategori akademisi birokrat , tatkala merespon maraknya gelombang Bai’at yang ada di tanah air, termasuk di Sulawesi Selatan.

Hati hati, bisa seperti cuci otak itu, hilang semua memori kita” ,katanya spontan ketika dikabari adanya perintah berbai’at sebelum datang akhir zaman.

Brainwash atau cuci otak, istilah ini sering berkonotasi negatif dan berbahaya. Ini berawal dari klaim justice sepihak para penguasa terhadap kelompok anti kemapanan, termasuk kaum ekstremis dan ( mereka menyebut) teroris.

Warga atau person yang masuk dalam kendali kelompok ekstremis atau teroris, menurut klaim penguasa , akan dicuci otaknya, dihilangkan paradigma lamanya diganti faham atau doktrin baru sesuai mission sang sutradara. Biasanya dijejali doktrin jihad, lawan kedzoliman, hancurkan penindasan dan tumpas kekafiran, dll dll faham yang membuat benci total pada suatu rezim atau keadaan.

Brainwash atau cuci otak, pernah dilakukan bagi kelompok minoritas Muslim Uighur China.
Tentara komunis China menerapkan pola kerangkengisasi, lokalisasi penjara dengan sebutan normalisasi sipil, padahal isinya pengapusan memori otak muslim.uighur dari faham dan pemikiran islami , diubah menjadi pemikiran sosialis komunis, salah satunya doktrin melupakan cara peribadatan Islam diubah dengan budaya baru komunisme .

Brainwash biasa diterapkan di kamp kamp penampungan tawanan perang. Intinya ingin merubah tatanan memori imajinasi yang tlah tersimpan, dibersihkan untuk diisi pemahaman doktrin baru sesuai pesan komandan.

Bai’at termasuk Cuci Otak?
Untuk membahas tentang Bai’at butuh referwnsi yang luas dan dibicarakan dengan bijak di forum yang santun . Karena Bai’at ini istilah lama yang selalu diucapkan orang kini. Walau sejarah dan penerapannya tetap ada debatable diantara kaum muslim sendiri.

Sebagian kalangan meyakini , bai’ at adalah cara yang pernah ditempuh Sang Rosul Nabiulloh akhir zaman Muhammad SAW kepada para sahabatnya yang setia. Dan tradisi Bai’at itu kini terlestarikan melalui para Mursyid Thoriqoh yang bejibun di tanah air Indonesia.

Secara harfiah, Bai’at dimaknai sebagai Sumpah atau Ikrar atau Janji Setia. Setia pada jalan yang lurus ” sirotol Mustaqim” yang ditempuh para Nabi, Rosul dan Sahabat serta Tabiin dan penerusnya hingga akhir zaman. Khusunya dalam menegakkan kalimat ” La Ilaha illallohu ” Muhammadurrosululloh”.

Apakah tercuci otaknya orang yang berbai’at?
Panjang ulasannya, bergantung panjang pendeknya waktu dan kesediaannya yang mendengarkannya. Namun kalimat Bai’at dalam beberapa thoriqoh muktabaroh di Indonesia memang beragam . Ada yang murni bacaan dalam talkin berbahasa Arab, ada yang diterjemahkan dalam bahasa Melayu, bahkan ada yang diterjemahkan dalam.bahasa daerah seperti Jawa, Bugis , Makassar dan lainnya.

Otak yang tersucikan . Istilah ini perlu ulasan tersendiri dan panjang. Namun dalam salah satu Thariqoh yang mengajarkan faham ketauhidan murni, wihdatul wujud dan wihdatussyuhud, dibahas tentang hakikat diri, termasuk otak dan segala ornamen panca indera dan titik lathifah tubuh manusia.

Intinya , diri jasmani ini dulunya tiada. Kini ada setelah melalui proses pertemuan unsur unsur jasmani, 4 elemen saripati air, tanah, api dan angin, sehingga sesuai Kemahasempurnaan Kekuasaan Alloh SWT terciptalah bentuk baru. Dari pertemuan unsur bibit laki” ( sperma) dan telur wanita (ovum ) terbentuk secara berproses, di dalam Rahim yang kuat dan aman, seperti segumpal daging, tulang, berbalut daging, berbentuk sempurna, ditiupkan ruhNya padanya, lahirlah kedunia menjadi bayi manusia.

Bai’at adakah proses mengenal kembali asal mula kejadian manusia. Dia dituntun untuk mengembalikan semua yang kini telah ada menurut otak kepalanya, kepada pemiliknya, sang pencipta, pemilik semua hakikat penciptaan termasuk manusia.

Sekali lagi, apakah Bai’at itu mencuci otak?
Jelas mencuci otak aesuci sucinya. Otak yang tlah dikotori segala sifat kebendaan , doktrin, faham, makanan yang subhat dan haram, disucikan bahkan dikembalikan kepada pemilikNya, ALLOHU subhanahu wata’ala.
Bukankah diri jasmanimu, dan termasuk otakmu adalah titipan dariNya. Kenapa tiba tiba kini , saat ini merasa kamu yang punya? Kapan kamu bikin? Bahannya dari mana kamu ambil?
Sombongnya kamu wahai manusia.

Bai’at bukan hanya Brainwash . Apalagi yang berkonotasi negatif seperti yang kalian tuduhkan bagi kaum teroris yang mengusik kemapananmu menguasai dunia.
Bai’at adakah proses mengembalikan sesuatu pada posisinya. Mati semasa hidup. Supaya hidup sempurna ketika telah dimatikan.
Inilah salah satu makna ayat ” Inna lillahi wainna ilaihi rojiun”, yang kalian ucapkan ketika melihat orang meninggal dunia .
Tak perlu menunggu dikubur dalam tanah untuk memaknai kalimat suci tanda ketauhidan itu.
Salam Bai’at brainwash atau cuci otaklah secara tota, itu tidak berbahaya namun menyelamatkan . Semoga faham.

* Penulis adalah jurnalis MenaraMadinah.Com , Pengamat dan Pengamal Thariqoh , pernah berbaiat di beberapa Mursyid Thariqoh di Indonesia seperti Qidriyah, Naqsabandiyah, Qodriyah Wannaqsabandiyah, Kholidiyah dan Tajul Kholwatiyah dll.