Jember-menaramadinah.com-SANTRI BERPRESTASI: Para santri yang sudah hafal kitab kuning dan Alquran usai mengiktu wisuda akhir Desember 2019 lalu.
Ponpes Nuris Berhasil Wujudkan 179 Santri Hafal Alquran dan 1810 Santri Hafal Kitab Kuning
Para santri Ponpes Nuris yang mengikuti kegiatan wisuda kitab dan tahfidz ini patut berbangga. Sebab, mereka sudah mampu menghafal Alquran dan kitab kuning. Mulai dari pelajar SMP, SMA, dan SMK Nuris Jember, MTs dan MA Ungggulan Nuris.
Wisudawan-wisudawati itu merupakan pelajar kelas IX dan kelas XII yang sudah khatam kitab kuning. Mulai dari kitab Jurumiyah, Imriti, Amtsilah Tasrifiyah, dan lainnya. Selain itu, mereka yang juga sudah menghafal 5 hingga 30 juz Al Quran.
Penghargaan bagi para pelajar berprestasi diberikan oleh pengasuh Pesantren Nuris Jember, Gus Robith Qoshidi, Lc, didampingi oleh Gus Abdurrahman Fathoni, Ning Lailatul Happy Dian dan Ning Balqis Al-Khumairoh.
Kegiatan wisuda kitab dan tahfidz ini merupakan agenda tahunan Pesantren Nuris Jember yang sudah berjalan selama empat tahun. Sekarang, sudah ada 179 santri yang hafal Alquran dan 1810 santri hafal kitab kuning.
Santri yang hafal 30 juz sebanyak empas santri, hafal 23 juz dua santri, hafal 18 juz dua santri dan lainnya. Sedangkan santri yang hafal kitab safinatun najah sebanyak 1810 santri. Hafal kita aqidatul awam sebanyak 1404 santri dan berbagai kitab lainnya.
Kitab kuning yang dihafal itu mulai dari kitab Aqidatul Awam, Safinatun Najah, Nahwu Dasar, Jurumiyah, Imriti, Safinatun Najah, Taqrib dan Amtsilah Tasrifiyah. Kemudian Fiqh Tradisionalis Taqrib dan lainnya.
Pengasuh Ponpes Nuris gus Robith Qosidi mengatakan Ponpes Nuris sangat serius untuk mendidik santri agar mampu menghadal Alquran. Lembaga tersebut memiliki metode terbaru agar santri mudah menghafal. “Kami memadukan dengan konsep yang diterapka di Timur tengah,” katanya.
Seperti di Mesir, Maroko, Arab Saudi hingga Syiria. Universitas yang ada di Negara tersebut merupakan rujukan untuk mencetak kader ulama yang siap menghadapi tantangan zaman. “Alquran itu sumber utama, santri harus memahaminya,” tegasnya.
Menurut dia, di era digital ini, banyak ideologi yang melenceng dari ajaran ahlussunnah wal jamaah. Santri diberi bekal untuk menjaga diri ketika sudah pulang ke masyarakat. “Mereka tak hanya hatam dan hafal, tapi juga mampu mengajar,” paparnya.
Alquran dan kitab kuning yang mereka hafalkan, bisa menjaga mereka dari berbagai tantangan yang dihadapi di masyarakat. Membentengi diri dari paham radikalisme, budaya barat, hedonism dan lainnya.
Selalin itu, juga membekali santri dengan ilmu yang argumentantif sesuai dengan kebutuhan zaman. Masyarakat urban membutuhkan pemahaman yang logis dan argumentative. “Kami ingin mencetak generasi yang bisa menjadi solusi bagi kebutuhan zaman,” jelas alumni Universitas Al-Azhar Kairo ini.
Untuk itu, Ponpes Nuris mengembangkan standart baru manajemen pesantren, kembali pada keilmuan salaf dengan manajemen yang modern. Sebab, dulu banyak santri yang mondok di sejumlah pesantren, ingin menjadi seorang da’i.
Nuris ingin kembali menerapkan keinginan tersebut dengan cara yang lebih modern sesuai dengan kebutuhan zaman. Penerapan manajemen tersebut membuahkan hasil. Selain banyak santri yang hafal Alquran dan kitab kuning. Juga kerap meraih juara dalam berbagai perlombaan.
Juara itu tak hanya tingkat local, namun hingga nasional. Seperti Musabaqoh Hafidzul Qur’an (MHQ) yang pernah meraih juara tingkat Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Juara MHQ tingkat nasional di Unmuh Jember dan lainnya. Prestasi tersebut menunjukkan keseriusan Nuris dalam mencetak santrinya menjadi penghafal Alquran.
Sementara itu, KH Muhyiddin Abdushomad memberikan apresiasi pada para penghafal Alquran dan kitab kuning ini. saya berharap agar para santri tersebut bisa memberikan contoh yang baik pada masyarakat sekitar rumahnya,” tandas Rois Syuriah PCNU Jember ini.
Husnu Mufid
Pemimpin Redaksi Menara Madinah.com