Malang- Bakal Calon Walikota Surabaya Firman Syah Ali yang akrab disapa Cak Firman tadi malam bertemu dengan Majelis Wilayah Korps Alumni HMI (MW KAHMI) Jawa Timur. Sebagai sesama ormas Cipayung mereka terlibat pembicaraan akrab dan sangat gayeng, baik isu nasional maupun lokal jawa timur.
Terkait isu lokal, Pilkada Surabaya 2020 tentu menjadi salah satu bahan pembicaraan, karena Surabaya merupakan Ibu Kota Jawa Timur, wajah Jawa Timur, ikon Jawa Timur.
Para Pengurus MW KAHMI Jatim memberikan support moral agar Firman Syah Ali terus berjuang sampai menang. Ketua Presidium MW KAHMI Jatim H Bawon Fathoni menyampaikan bahwa optimisme merupakan modal utama seseorang untuk keluar sebagai pemenang, sepanjang Firman Syah Ali optimis, Yakin bahwa usahanya akan sampai, maka kemenangan lebih mudah diperoleh. “Mas Firman ini tokoh aktivis mahasiswa, kita sebagai sesama senior aktivis mahasiswa tentu sangat senang jika mas Firman berhasil menjadi walikota Surabaya” ucap H Bawon Fathoni.
Bulan Agustus lalu sesepuh Cipayung memang menyampaikan doa restu dan dukungan terang-terangan kepada Firman Syah Ali untuk menjadi Walikota Surabaya. Hal tersebut disampaikan di Bendul Merisi Permai Blok C Nomor 4 Surabaya.
Kelompok Cipayung adalah Kelompok organisasi kemahasiswaan yang sepakat untuk bersama dalam perbedaan dan berjuang bersama mempertahankan idealisme mahasiswa dari kooptasi kekuasaan. Pada awalnya “Kelompok Cipayung” hanyalah istilah untuk menyebut satu Forum Komunikasi dan Kerjasama 5(lima) organisasi massa (ormas) mahasiswa. Ormas-ormas mahasiswa itu adalah:
1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),
2. Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI),
3. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI),
4. Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI),
5. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Tapi, dalam perkembangannya keberadaannya terkesan melembaga, menjadi populer di masyarakat, itu tentu karena kiprah peran dan terutama pikiran-pikiran kritis yang dilahirkannya, kerap dianggap sebagai cerminan sikap politik mahasiswa Indonesia.
Eksistensi Kelompok Cipayung memang satu fenomena menarik dalam sejarah kerjasama antar ormas mahasiswa. Bukan saja karena bentuknya yang unik, karena menyatukan ormas-ormas yang memiliki berbagai perbedaan karakteristik, tapi juga usianya relatif panjang dibanding dengan wadah kerjasama ormas mahasiswa yang lain. Lahirnya kerjasama Kelompok Cipayung, sebenarnya bukan sesuatu yang direncanakan, dalam arti para pemimpin ormas-ormas mahasiswa itu berkumpul dan kemudian membentuk suatu kelompok yang dinamakan Kelompok Cipayung, melainkan secara alamiah melalui diskusi-diskusi informal dan komunikasi yang bersifat personal antar sesama pimpinan ormas mahasiswa.
Komunikasi untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman antara sesama pimpinan dan aktivis mahasiswa memang sesuatu yang lazim terjadi, apalagi bila sebelumnya sudah saling kenal satu sama lain. Hal ini juga terjadi diantara sesama pimpinan ormas Kelompok Cipayung, yang sebelumnya sudah sempat berhimpun dalam wadah perjuangan bersama, KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia).
Terbentuknya KAMI di tahun 1966, juga secara revolusioner. Artinya, tidak direncanakan, tapi karena kebutuhan perjuangan saat itu. Ini terjadi karena, dua wadah berhimpun ormas mahasiswa yakni, PPMI (Perhimpunan Perserikatan-perserikatan Mahasiswa Indonesia) dan MMI (Majelis Mahasiswa Indonesia) dinyatakan bubar akibat dampak kemelut politik nasional di seputar peristiwa G.30.S/PKI di tahun 1965.
Jadi Kelompok Cipayung merupakan kelompok penerus Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) 1966.
Husnu Mufid