Oleh : KH. Muhammad Dhiyauddin Kushwandhie
Pengasuh Pesantren Luhur Sidoarjo
Datanglah seorang wanita sebatang kara dg beban berat dipundaknya,sambil merunduk dia berkata;
Duh Sang mata air kearifan…
Didekatmu hamba merasakan kesejukan dan kedamaian yg tak terukur ,bolehkah hamba bertanya bgm hamba bisa melepas semua beban hamba dan beroleh pembebasan yg hakiki?
O wanita yg banyak di uji(sbg tanda kasihNya)
Ketahuilah apa yg kau minta adalah dambaan setiap jiwa yg hidup.
Sadarilah olehmu kelahiranmu didunia bukan atas permintaanmu,kematianmupun bukan atas pesananmu tp semua itu atas Taqdir Tuhan sbg keharusan universal
Antara kelahiran dan kematian kau hanya sekedar melakoni kehidupan yg sdh dipersiapkan dg berbagai drama ujian berupa cobaan dan godaan sampai kau kembali lagi pangkuanNya dlm keabadian.
O wanita yg hebat,
Agar kau bisa segera sampai tujuan dalam kedamaian dg lancar dan ringan, ada DUA SIKAP yg hrs kau lakukan sbg landasan perjalanan hidupmu yaitu sikap TAWAKAL dan TASLIM.
Tawakal adalah menyerahkan urusan kehidupan duniamu kpd Allah sang penanggung jawab kehidupan
Sedang Taslim adalah menyerahkan diri (yg punya urusan) secara total kpdNya.
Dengan tawakal beban hidupmu akan ringan dan kaupun akan memperoleh kecukupan keperluan DARINYA sbg bekal
Dan dengan Taslim kau akan memperoleh pembebasan dari segala ketakutan dan kedukaan bahkan dengannya kau akan mendapatkan DIRINYA Sendiri sbg tumpuan semua dambaan.
O wanita yg beruntung
Lebih dari itu Taslim adalah seumpama kau menuangkan setetes air kedalam lautan,meski semula hanya setetes air, tapi stlh MENYATU ia akan memiliki kesucian dan keagungan LAUTAN .
Duhai Sang pohon yg di berkati..
Dibawah rindang dedaunanmu meski hanya sejenak,seolah hamba merasakan kedamaian ribuan tahun lamanya dan buah kearifan yg engkau jatuhkan betapa manis dan lezat kurasakan.
O Sang Guru yg di berkati ..
Andai seluruh helai rambut ditubuhku ini menjadi lidah, hamba merasa tetap tdk akn cukup untuk menyatakan trimakasih hamba pada Tuan.
O Putri yang merendah bagai tanah
bukan kau yg hrs berterimakasih tapi akulah yg hrs trimaksih padamu.
Tanpa pendengar yg tulus tak ada gunanya stp untaian perkataan yg penuh hikmah sekalipun.
Adakah suara merdu di padang ketika seorang gembala meniup seruling sementara tak seorangpun yg mendengarkannya…..?
Ahirnya setelah bersungkem,dg derai aimata bening yg membasahi wajah dan hatinya yg diluapi kedamaian,Wanita yg bahagia itu berpamitan kembali pulang.