*اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد*
Ada fakta menarik saat Gus Dur sibuk mencari keturunan Sultan Al-Arifin yaitu GUS MUAFIQ atas perintah Hadrotus Syaih KH. Hasyim Asy’ari .
Begini ceritanya :
Gus Dur sempat Cium Tangan anak muda yaitu Gus Muwafiq. Peristiwa tak biasa ini terjadi saat KH Abdurrahman Wahid masih sebagai Ketua Umum PBNU. Dan peristiwa ini juga berhubungan dengan proses cikal bakal lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Suatu ketika, Gus Dur bermimpi kakeknya, Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari. Dalam mimpinnya, Gus Dur mendapat isyarat agar membentuk salah satu wadah bagi warga NU supaya dapat berperan aktif dalam arena politik praktis. Maka singkat cerita lahirlah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Namun sebelum partai itu terbentuk, Mbah Hasyim Asy’ari meminta agar Gus Dur menemui seorang ulama bernama “KH. Ahmad Muwaffiq”. konon kabarnya PKB tak akan bisa kuat tanpa nama tersebut. Akhirnya Gus Dur pun mencari nama tersebut.
Gus Muwafiq lahir di kota Lamongan Jawa Timur dan sudah lama tinggal di Yogyakarta. sebetulnya saat itu Gus Dur belum kenal sama sekali dengan Gus Muafiq, Gus Dur berinisiatif mencarinya di Yogyakarta . Beliau bertanya kepada beberapa kiai NU kala itu. Namun sekian kiai yang ditemui tidak ada yang tau tentang keberadaan KH Muwafiq yang dimaksud Gus Dur. Maklum, kala itu Gus Muwafiq belum terkenal sebagaimana sekarang.
“Tidak ada nama kiai di Jogja bernama Ahmad Muwaffiq, Gus,” kata para kiai.
“Ada, pasti ada. Mbah Hasyim yang bilang kok,” jawab Gus Dur.
Gus Muwafiq yang dicari sebagaimana perintah KH Hasyim Asy’ari kala itu masih menjadi aktivis mahasiswa PMII. Kebiasaannya bercelana jins komprang suwek-suwek, rambutnya gondrong dan sangat suka berkegiatan seni musik di kampus.
Suatu ketika, Gus Dur mengisi acara seminar di Kampus IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sekarang UIN Sunan Kalijaga. Tanpa disangka, Gus Dur ketemu dengan sosok Muwafiq lewat ketua panitia acara bernama Agus Winarto, sekarang sudah meninggal.
“Siapa itu?” Tanya Gus Dur kepada Agus Winarto (alm) saat mengisi sebuah acara seminar di kampus IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, suatu kali.
“Muwaffiq”.
“Lengkapnya siapa?” Tanya Gus Dur lagi.
“Ahmad Muwaffiq,” jawab Agus, ketua panitia acara seminar.
“Oh, ini dia yang saya cari”.
Sontak, saat seminar selesai, Gus Dur bergegas mendatangi Ahmad Muwaffiq muda yang terlihat sedang sibuk membantu panitia acara. Dan, tanpa ragu, Gus Dur mencium tangannya (menghormati bahwa Gus Muafiq adalah keturunan Rosululloh). Saat itulah Gus Dur berkenalan dengan Gus Muwafiq muda dan meminta Ahmad Muwaffiq muda untuk berangkat ke Jakarta, dengan sebuah tiket yang sudah disediakan beberapa waktu kemudian.
Di Jakarta, Ahmad Muwaffiq muda diminta Gus Dur agar ziarah ke makam kakek buyutnya yaitu Sultan Al-Arifin Syeh Isma’il di Malaka, Malaysia, dan tirakat beberapa saat sebagaimana perintah Mbah Hasyim Asy’ari. Kata Gus Dur, hanya keturunan Sultan Al-Arifin Syeh Isma’il saja yang memiliki frekuensi tinggi bisa membuka “kunci tanah Jawa”.
Melalui Ahmad Muwaffiq muda itulah Gus Dur hendak membuka “kunci tanah Jawa”, agar direstui niat luhurnya untuk menjaga marwah NU juga untuk membentuk partai pada saat itu. Ahmad Muwaffiq muda disebut-sebut sebagai pembukanya (wasilah) atas terbukanya “kunci” tersebut, agar Gus Dur berhasil menjalankan dawuh Mbah Hasyim.
Sultan Al-Arifin Syeh Isma’il ini dikenal para ulama’-auliya’ sebagai peletak “pathok” Nusantara sehingga proses islamisasi berjalan lancar, seperti tampak hasilnya sekarang ini. Tiga bulan lamanya Ahmad Muwaffiq muda tirakat di makam simbahnya tersebut, di Malaka. Sulitnya Sultan Al-Arifin Syeh Isma’il untuk ditemui, membuat tirakat semakin lama.
Setelah berhasil dari Malaka, Ahmad Muwaffiq muda diperintah Gus Dur untuk keliling silaturrahim ke beberapa kiai, utamanya di Jawa Timur.
SIAPA SEBENARNYA SULTAN AL-ARIFIN SYEH ISMA’IL KAKEK BUYUT GUS MUAFIQ INI ???
Sultan Al-Arifin Syeikh Ismail Ibn Saiyid Abdul Qadir ibn Saiyid Abdul Jabbar (r.a). Beliau adalah keturunan ke 18 Rasullullah (S.A.W). Sultan Al-Ariffin Syeikh Ismail r.a dilahirkan pada 17 Rabiulawal tahun 867H bersamaan 1463M di Baghdad.
Bapanya bernama As-Saiyid As-Syeikh Abdul Qadir serta ibunya bernama Sayyidah Fatimah. Moyang beliau Sultan Al-Awliya’ Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani, seorang Wali Allah yang sangat mashyur di seluruh dunia. Beliau juga dikenali sebagai Wali Lanang di Kepulauan Melayu.
Menurut riwayat, sewaktu ke Madinah menziarahi Makam Nabi, beliau telah mendengar satu suara yang menyuruh beliau mengembangkan ajaran Islam ke Kepulauan Jawa.
Beliau kemudiannya mengembara dan akhirnya tiba di Pulau Besar bersama-sama 16 orang sahabat pada tahun 1495M bersamaan 900H antaranya guru beliau Syeikh Yusuf As-Sidiq serta saudaranya Saiyid Ibrahim r.a. Di Pulau Besar ajaran Islam berkembang luas dan beliau mempunyai pengikut yang sangat ramai di seluruh Kepulauan Melayu termasuk India, Samudera Pasai, Champa dan Kelantan. Antara murid beliau yang sangat masyhur ialah Raden Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) serta Raden Paku (Sunan Giri).
Sultan Al-Arifin Syeikh Ismail r.a meninggal dunia pada 17 Rabiulawal tahun 925H ketika berusia 58 tahun serta dikebumikan di sini. Makam ini juga menjadi tujuan utama pengunjung di Pulau Besar untuk menghargai jasa dan sumbangan besar Allahyarham ketika mengembangkan agama Islam di seluruh Kepulauan Nusantara.
http://mt-syahida.blogspot.com/2018/03/fam-marga-habaib-dunia.html?m=1