Oleh :Musthofa Zuhri
Pakaian adalah kebutuhan utama manusia selain makanan dan rumah. Pemilihan model dan corak berpakaian menentukan respons orang lain terhadap pemakainya.
Penggunaan konsep berpakaian dan berperilaku yang tepat seringkali bermanfaat bagi para pekerja yang sedang membangun karir kerja. Secara tidak langsung, pakaian akan mencerminkan kepribadian, kecerdasan berpikir, sikap disiplin diri, dan cara orang tersebut cara menghargai dirinya.
Corak dan model berpakaian sering di identikkan sebagai menaikkan pamor seseorang. Mereka menunjukkan stratifikasi sosial yang ia miliki. Pendeknya berharga dan tidaknya seseorang bergantung pada baju, pakaian yg ia pakai, dalam term jawa “ajining rogo soko busono”.
Pakaian adalah khasanah kebudayaan, juga identas dari sebuah lembaga, Bahkan simbol simbol seragam dan atribut partai politik.
Kuning khas golkar, merah PDIP dan gerindra, hijau PKB dan PPP, biru Demokrat, nasdem dan PAN,l.
Pakaian juga bagian dari identitas budaya sebuah suku, yang mencerminkan kekhasan bangsa. ia adalah kekuatan. Cermin dari tata nilai peradaban bangsa. Jawa, madura, makasar, ambon, maluku, china, arab, amereka dan sebagainya.
Yang sangat merepotkan adalah, ada sebuah gerakan pemaksaan atas cara berpakaian dari sebuah kelompok. Dan anehnya, pakaian yg dipopulerkan dianggap satu satunya identitas kegamisan seseorang. Celakanya, dinegara yang mempopulerkan cara berpakaianya sudah bergeser ke identitas bangsa lain.
Maka sabda Nabi berikut ini
: ( كُلْ, وَاشْرَبْ, وَالْبَسْ, وَتَصَدَّقْ فِي غَيْرِ سَرَفٍ, وَلَا مَخِيلَةٍ ) ,
“Makanlah dan minumlah dan berpakaianlah dan bersedekahlah tanpa berlebihan (isrāf) dan tanpa kesombongan.” amatlah cocok untuk mbentengi corak berpakaian.
Berpakaian namun tak isrof. Berbusana namun tak menganggap paling syar’i. Karena jika itu diclaim paling gamis maka amat bertentangan dengan sabda nabi tsb. Ia adalah sebuah kesombongan . Menganggap yang lain tak memiliki pemahaman tentang cara berbusana yang gamis.
Namun koridor lain yang perlu dipertegas adalah soal bagaimana menutup aurat. Semua ada aturan main. Dalam hukum fiqih dan qaidah usahul banyak dijelaskan. Dan itu silahkan dibuka lagi. Lebih lebih jika dikaji dalam aspek sejarah. Kuyakin akan semakin unik. Pakaian adlah khasanah kebudayaan.
Meski demikian ingatlah bahwa Wanita yang suka berdandan tidak layak menjadi pendidik anak. Demikian juga Pria pesolek adalah makhluk pecinta cermin. Jangan mencari kesempurnaan pada pria yang suka berdandan. Dan jangan mencari idola bagi perempuan yang suka bersolek. Yang wajar wajar sajalah.
Barat ingin model indonesia, arab bergaya barat, anehnya indonesia malah ke arab araban..inginya dibilang “ana paling nyunnah”, bahasanyapun lebih terlihat dikeren kerenkan , ana, akhi, ukhti, mencoba memgkudeta kulo, jenengan, sampian, sinten? Dan kalau sudah mendapat sindiran kata anta , antum berubah menjadi antem anteman.
Tuh kaaan!!