Surabaya-menara madinah.com-Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Sunan Ampel (UINSA) menggelar Seminar Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Kamis, 26 September 2019.
K
Hadir selaku narasumber Dr. Yenrizal Makmur, SP., MM., Ketua Perwakilan BKKBN Jawa Timur dan Prof. H. Mas’ud Said, MA., Ph.D., Ketua ISNU Jawa Timur. Kegiatan digelar di Ruang Sidang, Gedung Rektorat Lama.
Dekan FST, Dr. Eni Purwati, M.Ag., dalam sambutan menyampaikan kebahagiaan dapat menggelar kegiatan yang dinilai merupakan nikmat tak terhingga tersebut. Hal itu karena Dr. Eni menilai, seminar tersebut dapat memberikan pengetahuan baru yang dapat diimplementasikan dalam karya-karya nyata yang bermanfaat bagi masyarakat, khususnya Jawa Timur.
Dr. Eni juga menyampaikan, enam prodi yang terbagi dalam dalam dua jurusan, Sains dan Teknologi memiliki potensi yang besar untuk dikerjasamakan dengan BKKBN maupun ISNU. Terutama kaitannya dengan prediksi penelitian dan model pemberdayaan di Jawa Timur. “Mudah-mudahan ini dapat ditindaklanjuti dengan karya dan kerja nyata untuk Jawa Timur lebih baik. Manfaat bagi UINSA, Jawa Timur, Indonesia, dan Rahmatan Lil Aalamin,” tukas Dr. Eni.
Selanjutnya Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan UINSA, Dra. Wahidah Zein Br. Siregar, MA., Ph.D., membuka sambutan dengan diskusi singkat mengenai realita kependudukan di Indonesia. Beberapa sahabat dekat Dra. Wahidah, Ph.D., dari luar negeri mengaku mengkhawatirkan kondisi Indonesia yang cenderung apati terhadap lingkungan.
“Kenapa ya tanah subur dibikin rumah? Di Eropa justru tanah tidak subur yang dibikin rumah. Dan satu hal, kita tidak mau tinggal keatas. Tapi membangun ke samping. Di Hongkong, mereka membangun ke atas,” ujar Dra. Wahidah, Ph.D., mengisahkan perbincangan bersama koleganya.
Permasalahan kependudukan lainnya yang juga disoroti Dra. Wahidah, Ph.D., adalah munculnya trend menikah muda. “Saya miris, datang ke toko buku terus ada buku tentang asyiknya menikah muda. Ini gimana? Kalau BKKBN kan jelas standardnya. Usia menikah perempuan minimal 20 tahun Laki-laki 25 tahun,” komentar Dra. Wahidah, Ph.D.
Dra. Wahidah, Ph.D., menyoroti, fenomena menikah muda juga harus diantisipasi mengingat tingkat kematangan pribadi pasangan masih rentan. “Menikah terlalu muda tidak bagus bagi kesehatan bayi. Belum lagi urusan agama, bagaimana hak dan kewajiban, perilaku terhadap orang tua dan mertua, dan lain sebagainya,” tegas Dra. Wahidah, Ph.D.
“Saya bersyukur dengan kehadiran dua narasumber kita kali ini. Pada kesempatan ini kita akan belajar banyak hal termasuk membicarakan persoalan seperti ini. Dengan niat ikhlas, semoga kegiatan ini membawa manfaat untuk diri kita. Saya selalu berpesan pada anak-anak ibu, Jaga rumah kita, Indonesia baik-baik. Kita tidak bisa pindah ke negara lain,” pungkas Dra. Wahidah, Ph.D.
Pasca sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan penandatangan Nota Kerjasama antara FST UINSA dengan BKKBN dan ISNU Jawa Timur. Selanjutnya sesi penyampaian materi dari dua narasumber. Dr. Yenrizal menyampaikan materi terkait ‘Pemahaman Mengenai Dampak Kependudukan Menghadapi Revolusi Industri 4.0.’ Sedangkan Prof. Mas’ud menyampaikan materi terkait ‘Peluang Bonus Demografi menyongsong Revolusi Industri 4.0.’
“Rumusnya ialah siapa yang bisa berani mencoba berusaha dan menguatkan dengan IT, maka dia bisa menjadi generasi yang produktif. Untuk kaya tak harus IP 4, yang penting ulet dan menemukan talentanya sejak awal serta menjadikannya usaha dan uang,” papar Prof. Mas’ud. Tim Pakar Gubernur Jawa Timur ini juga menjelaskan, bahwa generasi muda ideal menurut Alumni Flinders University Australia ini harus skillful, menguasai IT, berani memulai usaha, dan berkarakter.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama FST UINSA, Yusuf Amrozi, M.MT menambahkan, bahwa kegiatan seminar dan lingkungan hidup ini merupakan rangkaian Harlah FST yang ke-6. Rangkaian Harlah FST akan ditutup dengan kegiatan jalan sehat bersama pada Jumat, 27 September 2019 yang akan diikuti 1500 Civitas Akademika UINSA.
Yusuf Amrozi Jurnalis Citizen MM.com