
Prof Mahmud Mustain, Guru Besar Teknik Kelautan ITS.
Apabila senang itu tidak kurang-kurang cara memuji. Begitu sebaliknya bila tidak senang maka juga tidak kurang-kurang cara mencaci. Artikel ini menela’ah unsur “tidak kurang-kurang”, yang boleh saja asal jangan terdorong unsur negatif yang berlebihan.
Pada kontek yang hangat saat ini yakni terkait dengan musibah di pondok Al-Khozini. Maka sehubungan dengan judul artikel ini yakni senang atau tidak, maka jelas arahnya akan kepada opini senang atau tidak senang seseorang kepada pihak pondok. Sudah hampir pasti bahwa peran subjektifitas seseorang untuk menilai akan jelas ikut berperan. Yakni adanya persepsi yang sudah tertanam senang atau tidaknya seseorang terhadap pondok secara umum dan bahkan terhadap kyai sebagai pengasuhnya. Hal ini jelas tidak bisa dihindari, tetapi mari berpikir rasional. Kontek tidak kurang-kurang dalam memuji atau mencela kita batasi jangan terlalu terkuasai oleh emosi subjektifitas. Mari kita dasari dengan prinsip rasional masuk akal dan sudah barang tentu juga dengan prinsip keyakinan (iman) kita.
Sebagai contoh penilaian atau persepsi dalam artikel ini sebagai berikut. Sebagai persepsi yang berbasis keyakinan juga rasional bahwa, apapun kondisi pengasuh pondok (asal bukan beraliran sesat) yang dianggap oleh orang yang tidak senang itu kurang baik. Maka kelemahan anggapan kurang baik ini bila dibandingkan dengan pemberian ilmu kepada santri sedikit saja misalnya, mengajarkan cara sujud yang benar dan bisa kita fahami bahwa hal ini akan menjadi jariyah yang luar biasa besarnya.
Dengan demikian, perbandingannya ibarat ada kesalahan satu titik kecil abu-abu muda (bukan hitam) di lantai putih. Kemudian dibersihkan dengan selimut putih besar yang terus menerus menghapus atau membersihkan titik tersebut. Hal ini karena analogi punya amalan Jariyah seorang kyai yang tidak pernah berhenti. Dengan demikian bercak sedikit tersebut akan hilang dan bersih.
Alhasil hemat penulis artikel ini, kyai tetap kyai yakni tetap menjadi obsesi dan panutan santri, meskipun juga ada kelemahan yang memang manusia biasa bukan nabi.
Semoga manfaat barokah slamet aamiin.
🤲🤲🤲
Surabaya,
15 Robiul Akhir 1447
atau
7 Oktober 2025
m.mustain
