SRAWUNGAGUNG PAGUYUBAN WARGO HARDO PUSORO TAHUN 2019

#Pidato_pembukaan_SrawungAgung 2019
(Oleh Ki Ir. Iwan Wirawan Wijayahadi – Koordinator Badan Pengelola Paguyuban Warga Hardo Pusoro )

Assalamualaikum wr wb
Salam sejahtera
Aum swastiastu
Rahayu

Yang terhormat
– Jajaran Muspida Kab Purworejo, diwakili dinas-dinas
– Jajaran Muspika Kecamatan Bagelen, bapak Camat beserta Kapolsek dan Danramil
– Jajaran Pemerintahan Desa Kemanukan
– Jajaran pengurus MLKI Purworejo, wakil-wakil perkumpulan penghayat
– Para sesepuh Hardo Pusoro, anggota Dewan Pembina, anggota Pengurus Yayasan
– Para tamu undangan serta Saudara-saudara Wargo Hardo Pusoro

Puji syukur kita panjatkan kepada Pengeran Kang Murbeng Dumadi, Tuhan YME, Allah SWT.
Kita semua dapat berkumpul bersilaturahmi pada malam ini dalam kondisi sehat-slamet.
Untuk itu, saya, atas nama tuan rumah acara ini, yaitu Badan Pengelola Paguyuban Warga Hardo Pusoro, menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, matur gungin panuwun, atas kehadiran bapak-ibu yang terhormat.

Malam ini, kami segenap Warga dari Paguyuban Warga Hardo Pusoro, punya hajatan, yang biasa kami sebut dengan nama Srawung Agung.
Hajatan Srawung Agung tahun 2019 ini, merupakan acara tahunan yang ke 63.
Acara Srawung Agung ini merupakan tradisi pertemuan, bagi seluruh warga HP yang tersebar di seluruh Nusantara.

Acara Srawung Agung ada dan diadakan untuk :
Pertama, dimensi personal, sebagai ajang silahturahmi seluruh warga Hardo Pusoro, momen untuk kangen-kangenan, dan ajang untuk saling kenal seluruh warga HP
Kedua, dimensi organisasi, karena dalam ajang pertemuan inilah, kami membahas dinamika keorganisasian bagi para pengurus organisasi
Ketiga, dimensi kawruh, acara ini juga sebagai ajang sarasehan, diskusi perihal Kawruh, tukar pengalaman dalam hal laku Kawruh antar sesama warga Hardo Pusoro

Bagi para tamu, mungkin ada yang belum tahu, apa Hardo Pusoro itu, atau bagi yang sudah pernah mendengar, mungkin tidak paham, apa itu Hardo Pusoro.

Sedikit akan kami paparkan disini, apa itu Hardo Pusoro.
Yaitu Hardo Pusoro sebagai ilmu sebagai kawruh dan Hardo Pusoro sebagai organisasi

1.Sebagai Kawruh

Hardo Pusoro adalah perkumpulan panggilut kawruh, yang sudah diwedar secara turun temurun, dan merupakan warisan asli leluhur Nusantara.
Hardo berarti nafsu yang merajalela
Pusoro berarti kekang atau kendali
Jadi dapat dimaknai sebagai Upaya pengendalian merajalelanya nafsu.

Lalu kenapa kami menyebut ajaran kami sebagai Kawruh ?
Kawruh padanan kata nya dalam Bahasa Indonesia adalah ILMU.
Kosa kata kawruh tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehingga kita sepakat menggunakan kata Ilmu
Berkaitan dengan kata ILMU ini, ada doktrin yang diajarkan kepada kami, warga panggilut Kawruh Hardo Pusoro yaitu bahwa :
“ Hardo Pusoro itu ilmu, bukan agama “.

Apakah Kawruh berbeda dengan agama, jelas berbeda.

Karena Hardo Pusoro adalah ilmu, tentunya warganya juga beragama, apakah itu Islam, Nasrani, Budha dll. Meski warga Hardo Pusoro adalah penganut dari berbagai agama, setiap kali kami sarasehan dan diskusi, kami tidak membahas permasalahan agama, kami menghargai pilihan keyakinan dan agama masing-masing, bersama-sama kami berdiskusi membahas ilmu tentang kasunyatan, bagaimana menjadi manusia yang berbudi luhur, dan mendapatkan wekasan luhur.

Karena Hardo Pusoro adalah ilmu, maka kaidah-keilmuan harus dipenuhi agar bisa di sebut sebagai ilmu atau dalam istilah kami, Kawruh.

Sebagai ilmu, Hrado Pusoro mempunyai :
1. Obyek
2. Obyek Formal
3. Sistematika
4. Metodologi

Sedikit keterangan, kenapa kami lebih senang menyebut ilmu Hardo Pusoro sebagai KAWRUH, adalah kawruh mempunyai kata dasar weruh, konteksnya adalah “ Aja percaya yen durung weruh” weruh ini lah subtansi dari istilah kawruh tersebut.

Lalu pertanyaannya Hardo Pusoro itu ilmu tentang apa?
Sedikit kami kenalkan
Kami menyebutnya ilmu kasampurnan, dalam terminology kami, kasampurnan adalah Moksha, lepas dari hukum Kodrat.
Apakah itu bisa benar-benar tercapai ?
Tentu bisa, kami punya keyakinan bisa.
Karena kami punya Teori, Sistematika dan Metodologinya.

Demikian sedikit perkenalan tentang kenapa Kawruh Hardo Pusoro bisa disebut ILMU.

Lalu apa filosofi hidup sebagai manusia sosial ?

Doktrin Filosofi Hidup kami salah satunya adalah,
“Netepi Pranataning Jagad”
dalam bahasa umum bisa dimaknai sebagai :
“Taat pada aturan dan perundangan yang berlaku”
ajaran yang tentunya mengajarkan untuk jangan melawan pemerintah, harus taat pada pemerintah.

Demikian pula dengan Azas dasar negara PANCASILA, warga Hardo Pusoro tidak pernah menolak, karena sama-sama berasal dari Nusantara, tak ada pertentangan sedikitpun antara Pancasila dengan filosofi dan ajaran kami. Manusia berbudi luhur sebagai hasil belajar kawruh Hardo Pusoro, tentulah seorang Pancasilais.

2. Hardo Pusoro sebagai sebuah organisasi.

Secara keorganisasian, nama Hardo Pusoro resmi tercatat di pemerintahan sebagai Badan Hukum adalah pada tahun 1910,
Sebagai organisasi Hardo Pusoro telah 3 kali menyesuaikan diri dengan peraturan yang berlaku :
Pertama, tahun 1910 pada masa pemerintahan Hindia Belanda
Kedua, tahun 1972,sebagai badan hukum dengan nama Yayasan Paguyuban Warga Hardo Pusoro
Ketiga, tahun 2017, sebagai badan hukum dengan nama Yayasan Warga Hardo Pusoro

Perubahan terakhir sebagai badan hukum yang terjadi pada tahun 2017 adalah bentuk ketaatan organisasi kami pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Eksistensi dan hubungan kemasyarakatan
Saat ini, dengan perubahan kepengurusan dalam organisasi maka berubah pula cara pandang pengurus dalam kaitan hubungan internal dan eksternal.
Dalam konteks hubungan eksternal, pengurus sepakat bahwa Hardo Pusoro sebagai organisasi, yang mempunyai banyak anggota dengan kemampuan akademik maupun bakat keahlian, kedepannya harus lebih berperan aktif dan berguna bagi masyarakat, dimulai dengan masyarakat di lingkungan sekitar padepokan dan Kabupaten Purworejo secara lebih luas.
Kedepan padepokan akan berperan lebih aktif dengan mengambil peran sebagai RUMAH BUDAYA.
Hasil pengamatan dan pengkajian kami, harapan yang diapungkan dengan keberadaan Rumah Budaya tersebut tentu akan membantu masyarakat, terutama anak-anak dan kaum muda untuk lebih memahami budaya lokal, kearifan lokal, dan mengembangkan budaya lokal.

Ada 3 rencana program Rumah Budaya yang siap kami laksanakan dalam menunjang program pemerintah yaitu :

1. Les Bahasa Daerah, kegiatan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa daerah anak-anak usia SD yang dikaitkan dengan materi pelajaran muatan lokal.

2. Kegiatan Menari, untuk meningkatkan kemampuan olah rasa, sebagai perimbangan olah pikir anak-anak usia SD.

3. Kegiatan sarasehan budaya, pameran budaya untuk mendukung kegiatan Nguri-uri Budaya Nusantara.

Mari, kepada segenap komponen masyarakat, pemerhati budaya, pekerja budaya, khususnya di Kemanukan dan Purworejo pada umumnya. Bersama-sama mulai bergerak, berkonsolidasi dan bersinergi untuk memajukan dan melestarikan nilai-nilai luhur Budaya Nusantara.

Seperti tema Srawung Agung kami :
Yo da nata daya,
yang bisa dimaknai, mari konsolidasi dan bersinergi.
Demikian sambutan dari saya, mohon maaf jika ada kata atau penyebutan atau penyambutan dari panitia pelaksana yang tidak berkenan dihati para hadirin,
wassalamualaikum wr wb, rahayu-lumintu-langgeng.

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com