Diskusi Maiyah: Berat Dijinjing dan Ringan Sama Dipikul

Tulungagung-menaramadinah.com: Prolog diskusi Maiyah SEGI tgl 7 Sept 2018. Tema “Berat sama dijinjing, ringan sama dipikul” jelas merupakan suatu paradoks mengenai keadaan masyarakat kita secara umum.

Sesuatu yang tidak penting dan remeh-temeh diagung-agungkan, sebaliknya sesuatu yang penting dan bernilai malah diabaikan. Seorang Guru Sufi bertanya kepada murid-muridnya, “Apakah yang paling ringan di dunia ini?”

Secara spontan para murid itu menjawab, “Yang paling ringan adalah angin, debu, kapas…..” Padahal menurut Sang Suhu yang paling ringan adalah melupakan Allah dan mengabaikan-Nya sehingga kebanyakan orang meninggalkan perintah Allah dan sebaliknya justru menjalankan larangan-Nya. Sang Guru bertanya lagi, “Apa yang paling besar di dunia ini?”

Murid-muridnya pun menjawab, “Yang paling besar adalah bumi matahari bintang dan rembulan….” Kata Sang Guru bahwa yang paling besar itu adalah nafsu kita.

Sang Guru menanya lagi apa yang paling berat? Para murudnya menjawab: baja, gajah, besi dsb. Diluruskan oleh Sang Guru bahwa yang paling berat adalah berjanji. Nabi Muhammad pun mengatakan bahwa ada yang ringan diucapkan tetapi besar timbangan pahalanya yaitu membaca tasbih tahlil takbir dan hauqala. Juga orang yang bangkrut adalah bukannya orang yang rugi bisnisnya hingga jatuh pailit, tetapi orang yang amalnya hari ini lebih buruk daripada amal kemarin.

Lebih-lebih bila dikontekstualkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini, betapa paradoks fenomena yang kita jumpai. Mestinya kalau kita sembahyang itu berjamaah, tapi yang ‘berjamaah’ adalah korupsinya.

Yang kita lestarikan mestinya kerja sama dan gotong-royong disertai dengan rasa empati dan kasih sayang, yang terjadi sekarang justru menanamkan api permusuhan dan kedengkian satu sama lain. Ikuti diskusi bulanan Maiyah SEGI di bascamp BOYOLANGU jam 20.00 Wib sampai tuntas.

Wawan Susetya

Koresponden MM.com