Bangkitkan Kepercayaan Leluhur Nusantara

Kita harus berani bicara keras dan kritis akan hal ini, untuk menyuarakan secara logika dan akal sehat mengenai kebenaran dan kenyataan atas Leluhur kita terdahulu. Mengapa? Yap! Leluhur kita, mereka adalah jiwa-jiwa yang sangat keras dan kritis dengan memakai logika dan akal sehat nya utuk membangun peradaban Negeri nya, supaya tidak di jajah dan di remehkan dengan bangsa lain. Lalu mengapa kita anak keturunan nya, saat ini seperti kerbau di cucuk hidung nya. Mengapa ? (Berdialoglah dengan diri sendiri pasti anda akan tau jawaban nya)

Leluhur kita terdahulu sudah mampu membangun peradaban nya sendiri untuk Negeri yang maju. Mereka dahulu sudah mampu membangun jiwa-jiwa spiritualnya untuk mengenal Tuhan nya sendiri. Mereka sudah memakai logika dan akal sehat nya akan hal itu, untuk membuat suatu kepercayaan yang tinggi. Mereka tak perlu dikirim kitab suci dari langit, mereka juga tak perlu di kirim utusan yang sakti dariuang Leluhur kita miliki, mereka sudah mampu menciptakan peradaban nya yang tinggi dan maju.

Lalu kita saat ini sebagai anak keturunan nya, lagi-lagi gak pernah akan mampu seperti mereka. Masih sama saja seperti kerbau di cucuk hidung nya. Padahal sudah hidup di zaman modern dan canggih. Disinilah bukti kalau jiwa-jiwa kita ini, pola pikir spiritualnya sudah TERJAJAH oleh produk kepercayaan import. Tidak mampu lagi berfikir secara kritis dan logis, gimana mau bangkit dan maju apalagi bicara keras? Mengakui kehebatan Leluhurnya sendiri pun juga tidak mau lagi. Malah lebih mempercayai dan mengakui kehebatan Lehuhur produk import.

Kepercayaan Mesir Kuno boleh saja lenyap ditelan bumi. Demikian juga kepercayaan suku bangsa Aztek, Inca, dan Maya di Amerika Latin boleh saja menguap lebur ke angkasa. Namun kepercayaan Leluhur Nusantara sebagai peradaban kuno di bumi pertiwi ini masih tetap eksis. Kepercayaan yang terbentuk dari jiwa-jiwa yang mandiri, bukan dari jiwa-jiwa yang terkungkung. Kepercayaan yang tercipta bukan dari bimsalabim abrakadbra dan juga bukan dari katanya-katanya. Dengan demikian kepercayaan Leluhur Nusantara dapat menunaikan kodratnya sebagai “abdi abadi” di tanah Nusantara.

Dalam hal ini, kepercayaan Leluhur Nusantara sudah sangat berpengaruh pada zaman nya. Sesuatu peradaban lokal yang menghasilkan beraneka ragam kebudayaan; seperti seni bangunan megah, seni pahat yang indah, seni sastra mengagumkan, seni bahasa dan aksara yang tinggi, seni tari yang sangat kompleks dan juga seni pakaian tradisionalnya yang berwarna warni, semuanya tercipta bernafaskan roh spiritual yang sudah manunggal kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Saat ini tercatat sebagai “abdi abadi” kepercayaan asli Leluhur Nusantara (sepengetahuan saya) seperti; Agama Tirta Bali, Agama Budhi Jawi (Tengger) Sunda Wiwitan (Kanekes, Banten), Sukma maneges, Buhun (Jawa Barat), Jawadipa, Whuning, Kapitayan (Jawa Tengah dan Jawa Timur), Parmalim (Sumatera Utara), Kaharingan (Kalimantan), Tonaas Walian (Minahasa, Sulawesi Utara), Tolottang (Sulawesi Selatan), Wetu Telu (Lombok), Naurus (Pulau Seram, Maluku), Agama Mulajadi Nabolon (Karo Sumut), Marapu (Sumba), Purwoduksino, Budi Luhur, Pahkampetan, Bolim, Basora, Samawi, Sirnagalih dan lain-lain, ( Info lebih lengkapnya bisa buka website www.mlki.org ). Kita bukanlah penonton dan pengumpul reruntuhan sebuah puing-puing kejayaan dan keemasan sebuah budaya nenek moyang. Kita adalah penerus dengan tugas beban dan tanggung jawab yang lebih besar terhadap budaya itu. Jika budaya adalah kolam maka kita adalah ikan yang hidup di dalamnya, sementara para pelancong adalah mereka yang berdiri di pinggir kolam.

Jadi sudah saatnya Kepercayaan Leluhur Nusantara muncul kepermukaan dan beranilah bicara keras dan kritis, untuk menebarkan ke sesama (dharma kebenaran) yang sudah diturunkan oleh Leluhur kita. Jangan diperdebatkan lagi ajaran Leluhur kita, karena ini sudah final. Sudah tidak perlu ditafsir-tafsir lagi dan sudah terbukti akan hasil nya. Dengan mantra luhur, “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”. Bhinneka tunggal ika inilah -yang kemudian menjadi semboyan persatuan dan kebangkitan kita.

Karena kepercayaan Leluhur Nusantara hanya terbentuk ketika kita tekun menyelami keheningan, lalu mencapai tataran manunggal dengan Sang Hyang Hurip. Sehingga gerak pikir, sabda dan tindakan sepenuhnya selaras dengan aliran hidup yang memancar dari pusat hati. Kepercayaan Leluhur Nusantara itu adalah ekspresi manusia Nusantara, yang terbimbing oleh Hingsunnya untuk menjadi selaras dengan sesama mahkluk hidup, dengan Ibu Pertiwi dan jagad raya. Untuk itulah, hal yang paling pokok untuk kita lakukan semua, adalah menyalakan api Pancasila di dalam sanubari setiap manusia Nusantara. Agar bangkit jiwa agung yang berkesadaran Ketuhanan Yang Maha Esa. Hanya dengan spiritualitas yang bermuara pada kemurnian jiwa, kita bisa kembali menjadi bangsa yang agung.

Narendra Dwipanagara
Bali
Rahayu Rahayu Rahayu 🙏 🙏 🙏

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com