Kenangan THN 2007: Sahabatku Orang Dayak Cinta Perdamaian Rekonsiliasi Nasional

 

Oleh Samsul Hadi,SH.

Sejak awal 1995-an saya menginjakkan kaki di tanah Borneo..tepatnya di kota Pontianak, Kalimantan Barat . Awal tiba di kota khatulistiwa itu saya masih termangu , bahagia penuh harapan sekaligus tersimpan sedikit kecemasan. Bahagia karena alam Kalimantan Barat ternyata subur menghijau , banyak hutan belukar dan tanah gambut serta sebagiannya tlah menjadi sawah kampung , bahkan di setiap kota kabupatennya telah maju berperadaban, sekolah dan universitas pun ada, banyak pilihan jurusan. Saya ditugas oleh salah satu penerbit Buku sekokah untuk mengembangkan kerjasama di bidang sarana pendidikan, saat itu.

Kecemasan yang sempat menyelinap di pikiran..saat itu adalah cerita dari mulut ke mulut ( cerita dibawa angin istilahnya ) bahwa di Kalimantan banyak orang Dayak, orangnya sakti sakti , jika berperang senjata Mandaunya bisa terbang sendiri,
Cemas karena saat saat itu sebelumnya masih sering terjadi kekisruhan antar etnis, baik di Kalimantan Barat maupun Tengah dan Timur.

Saya tak ingin membuka luka lama itu, Justru sebaliknya, kenangan berikut ini adalah menyakinkan saya bahwa orang Dayak ( nama suku di Kalimantan barat ) adalah baik baik, ramah bahkan sangat menghormati tamu atau temannya, bahkan seperti saudaranya sendiri.

Selama tiga tahun (3) lamanya saya bergaul dan berkomunikasi intens dengan teman” suku Dayak di Kalimantan Barat. Waktu itu memang tahun tahun pasca kerusuhan etnis antara Dayak dan Madura. Namun disini kami tidak ingin mengungkit luka dan kisah memilukan bersama itu.Jadikan peristiwa kelam itu menjadi pelajaran berharga untuk tidak mengulang Serta untuk saling menjaga menghormati sesama anak bangsa , yang berbeda beda suku bangsa, agama, bahasa dan budaya namun disatukan dalam satu kesatuan pangkuan ibu Pertiwi Indonesia raya yang berbhineka tunggal Ika.

Selama tiga (3) tahun saya mengabdi bersama 7 komisioner di Komisi Penyiaran Indonesia Daerah ( KPID) Propinsi Kalimantan Barat , periode perdana tahun 2003- 2007. Saya yang notabene bukan kelahiran asli Kalimantan Barat , tetapi anak Suku Jawa yang merantau dan mukim beraktifitas di Kalimantan Barat, telah diberi kesempatan untuk berkiprah ” mengabdikan dedikasi dan idealismenya” melalui komisioner lembaga Komisi Penyiaran Daerah.

Dua sahabat saya ( rekan komisioner KPID Kalbar) adalah berasal dari suku Dayak asli , namanya Hawad Sriyanto,SH dan Elias Ngiuk,SSn. Keduanya pemikir dan aktifis muda di Kalimantan Barat. Hawad aktif di Institut Dayakologi dan Ngiuk pemimpin redaksi Kalimantan Riview, majalah berpengaruh di bumi Borneo.

Saya banyak belajar tentang budaya dan adat Dayak dari kedua sahabat saya itu. Bahkan dalam banyak kesempatan kami sering keluar masuk kampung di balik bukit gunung dan hutan di pedalaman . Sehingga merasakan persis nuansa etnik Dayak disetiap perjalanan tugas komjsioner tersebut.

Beberapa bukti fundamental yang tlah kami lalukan selama berinteraksi dengan rekan rekan suku dayak di Kalimantan Barat khusysnya, kami bersama 7 komisioner KPID telah merekomendasikan lolos evaluasi dengar pendapat ( EDP) atas berdirinya beberapa radio komunitas Dayak dan Melayu serta televisi swasta lokal, seperti radio Jordan dan lainnya , Ruai TV, Khatulistiwa TV ( Sekarang KOMPAS TV) serta KCTV.

Satu kebanggaan dan kebahagian kami saat itu hingga saat ini, adalah terwujudnya rekonsiliasi antar anak bangsa di Kalimantan Barat dimana sebelumnya sering terjadi benturan antar etnik yang disebabkan persoalan sepele, ketersinggungan serta kecemburuan sosial lainnya. Kalimantan Barat kini telah aman damai , hidup rukun antar semua suku bangsa yang ada, baik penduduk lokal suku Dayak, Melayu, Jawa, Bugis, Madura, Tionghoa ( WNI keturunan) serta suku lainnya seperti Padang, Sunda serta Arab keturunan. Kalimantan barat terasa bagai zamrud di khatulistiwa , buminya subur , warganya ramah tamah ” well come” bagi kedatangan saudara saudaranya dari manapun asalnya.

Rasa persatuan dan kesadaran rekonsiliasi nasional itulah yang mesti kita rawat kita jaga kita pelihara bersama, seiring semakin ketatnya persaingan ancaman budaya dan ekonomi global. Sehingga untuk ketahanan sosial ekonomi budaya , dibutuhkan rasa saling menguatkan, mencintai sumberdaya budaya dan ketahanan sosial dari negeri sendiri yakni Indonesia, yang ditopang oleh keragaman budaya dan kearifan lokal seluruh suku bangsa se Nusantara.

Andaipun ada terjadi riak riak kecil kesalahfahaman, perselisihan atau ketersinggungan antar suku bangsa akibat perbedaan persepsi, perbedaan gaya bahasa serta idiom maupun karakter sosial antar suku bangsa, semoga segera terselesaikan secara Arif bijaksana , saling asih saling asah saling asuh, tidak saling gasak, gesek apalagi gosok yang bisa meruntuhkan persatuan bangsa.

Salam rindu buat sahabat saya dan masyarakat adat baik Melayu dan Dayak di Kalimantan Barat. Salam NKRI , kerukunan dan Persatuan adalah indah walau dihiasi dengan keaneka ragaman budaya, suku, bahasa dan agama. Itulah kekayaan bangsa kita. Kekayaan kita bersama yang patut kita syukuri sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

*Samsul Hadi,SH adalah mantan komisioner KPID Kalbar ( 2003-2007), Pemred MKTV Kalbar dan kini Aktifis LSM BPPI DPW Sulsel dan Jurnalis BNRI-NEWS serta MenaraMadinah.Com bermukim di kota daeng, Makassar.(*)