Misteri Situs Kawitan di Taman Nasional Alas Purwo

Catatan Aekanu Hariyono.

Suatu hari sesudah magrib suasana hampir gelap samar wulu, tiba-tiba seorang tamu nyelonong segera masuk area situs dengan pongahnya.

Tak diduga dia dikejutkan oleh seekor harimau di depannya. Segera dia mundur dan secepatnya mendatangi saya. “Tolong dijaga perilaku,sikap, fikiran dan hati anda, ini areal sakral”, bisik saya kepada dia.

Ditilik dari namanya ‘Kawitan’ (Bahasa Jawa), jika di-Indonesiakan berarti awal atau permulaan. Ini sama artinya dengan Purwo (Jawa), yaitu yang pertama atau tertua atau paling awal. Alas Purwo pun dikenal sebagai hutan tertua di tanah Jawa yang penuh dengan misteri.

Sementara Situs Kawitan jika dikaitkan dengan namanya berarti permulaan, bisa jadi dari cerita tutur bahwa struktur pura ini sebagai yang tertua di tanah Jawa. Sayangnya, tak ada prasasti yang bisa dijadikan pembenar.

Di dalam Situs Kawitan ditemukan struktur bata berbentuk persegi yang terbuat dari batu kapur. Hal ini sangat dimungkinkan bahwa batuan yang digunakan untuk struktur bangunan diambil dari lingkungan setempat di mana Alas Purwo terkenal di dunia para geolog dengan jenis hutan lebat yang tumbuh di atas batuan kars.

Situs yang sekarang resmi digunakan sebagai tempat upacara keagamaan ini, saat pertama ditemukan oleh warga sekitar Alas Purwo pada tahun 1968 kondisinya terpendam di gundukan tanah. Dari cerita tutur turun temurun, Situs Kawitan memiliki lorong kasat mata (gaib).

Di lorong itulah dulu sebagai tempat pertapaan seorang Begawan atau Resi. Situs Kawitan ada kaitannya dengan perjalanan Resi Markandeya dari Jawa menuju Pulau Dewata Bali.

Konon, Resi Markandeya dalam perjalanan dari Pulau Jawa ke Bali. Tiba di Pulau Dewata, sang Resi mendapati warga terserang pagebluk. Kemudian ia kembali ke Jawa dan bertapa di lereng Gunung Raung.

Dalam pertapaannya sang Resi mendapat petunjuk untuk kembali bersemedi dan mencari jejampian (herbal) di Alas Purwo di mana lokasi bertapanya dipercaya masyarakat di Situs Kawitan ini.

Setelah bertapa di Alas Purwo, Resi Markandeya menemukan obat untuk mengobati masyarakat di Bali yang diserang pagebluk. Setelah mereka sembuh, dibuatlah Pura Agung di Besakih untuk menghormati jasa Resi Markandeya.

Dipercaya bahwa Situs Kawitan di Alas Purwo ini ada kaitannya dengan pura Besakih, di Bali. Besakih bisa berarti basuki sehat dan bahagia.

(By Aekanu – Kiling Osing Banyuwangi).