Sejarah Paguyuban Kaweruh Jowolugu

 

Malang-menara madinah.com-Paguyuban kawruh Jowo Lugu di dirikan oleh Bapak Kayun Karsadihardja (Almarhum). Beliau dilahirkan di Tumpakrejo Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang Jawa Timur. Semasa jaman Belanda atau awal dari pendudukan tentara jepang di Indonesia, Bapak Kayun Karsadihardja merasa sangat prihatin atas bangsa Indonesia khususnya keadaan di desanya yang merasa sangat tertindas. Beliau akhirnya meninggalkan desanya untuk mengadakan laku, yaitu menyepi dan melakukan tarak brata mengembara sampai ke Bali, Lombok, Madura dan akhirnya kembali ke Malang, namun bukan ke tempat tinggalnya akan tetapi ke lereng Gunung Kawi
Selama melatih diri dan bersemedi tersebut, Bapak Kayun Karsadihardja mendapat petunjuk lansung dari kadang pribadi agar Bapak Kayun Karsadihardja melakukan lelana tapa brata ke lereng Gunung Kawi (bukan tempat pesarean tapi di tengah hutan) apabila ingin bertemu dengan guru Sejatinya yang bersama-sama bertapa selama sembilan bulan sepuluh hari dalam kandungan ibunya.
Dari pengalaman bertapa yang dilaksanakan selama enam bulan lamanya, atas perkenan Tuhan Yang Maha Esa maka Bapak Kayun Karsadihardja bertemu Guru Sejatinya. Dari Guru Sejatinya ini Bapak Kayun Karsadihardja menerima petunjuk / wejangan-wejangan ke arah tindakan dan ucapan yang berbudi luhur dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari dan agar selalu memberikan pertolongan kepada semua orang yang membutuhkan.
Pada waktu ayahnya meninggal dunia, Bapak Kayun kemudian mohon ijin kepada keluarga dan para pelayat agar dirinya diperkenankan tidur sebentar bersama ayahnya yang sudah meninggal, dan tidak lama kemudian bapak Kayun bangun bersama ayahnya yang hidup kembali. Dengan peristiwa itu Bapak Kayun Karsadihardja memberikan penjelasan kepada saudara-saudaranya dan orang-orang serta para pelayat yang masih ada dirumahnya, bahwa beliau adalah manusia biasa dan tidak bisa apa-apa. Apabila manusia itu mau mendekatkan diri dan mau menembah sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala perilaku dan ucapan yang budi luhur, segala permohonan umatnya pasti diperkenankan dan dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Atas perkenan Tuhan Yang Maha Esa, banyak orang yang ingin mengikuti ajaran ketuhanan dengan cara-cara yang telah dihayati dan dilakukan oleh Bapak Kayun Karsadihardja tersebut. Sehingga pada tanggal 7 Februari tahun 1943 dibentuk suatu wadah kegiatan dengan nama Persatuan Kepercayaan Kawruh Kebatinan Jawa Lugu . Pada tahun 1943 Bapak Kayun Karsadihardja mulai menerima warga sebanyak tiga orang, pada tahun 1944 menerima tiga orang lagi, pada tahun 1945 menerima tiga orang lagi dan selanjutnya bertambah banyak. Pada tahun 1952 mendapat surat ijin dari kejaksaan Negeri Kabupaten Malang dengan Nomor ijin : 101/DI/P6/1952 dengan nama PAGUYUBAN KAWRUH KEBATINAN JOWO LUGU.

Setelah ada ijin tersebut maka warganya bertambah banyak dan sampai saat itu Bapak Kayun Karsadihardja sudah menaburkan bibit (sudah mempunyai murid) sebanyak 20 (Dua puluh) orang sebagai Pinisepuh Pambuka pada saat itu yang telah mendapatkan restu untuk membuka warga baru yang tersebar di wilayah Jawa Timur. Jumlah warga pada saat itu sebanyak 8.624 orang. dan sekarang sudah banyak anak-cucu yang telah mendapat petunjuk untuk menjadi Pinisepuh Pambuka dan telah tersebar di Bumi Nusantara ini.
Pada hari Sabtu Wage tepatnya tanggal 14 November 1965 Bapak Kayun Karsadihardja meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Kabupaten Malang. Sepeninggal Bapak Kayun Karsadihardja Ajaran Kawruh Jawa Lugu diteruskan oleh Isterinya yang bernama Ibu Sukilah atau sering dipanggil mbok Cikrak dengan sebutan Dewan Pinisepuh Ibu Karsadihardja yang bertempat tinggal di Desa Sumberpucung Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang, (sekarang Jl. Ajar Mangir No 1). Sampai sekarang tempat dan rumah tersebut dikenal sebagai Padepokan Paguyuban Kawruh Jowo Lugu dan setiap tanggal 28 malam 29 Sura untuk kegiatan Peringatan Pahargyan Sura Puncak Sangalikur atau Ruwat Bumi Nuswantara Memayu Hayuning Bawana, setiap tahunnya.

Setelah pecahnya G.30S/PKI kegiatan Paguyuban Kawruh Jowo Lugu agak tertunda, karena warga merasa takut dengan pecahnya peristiwa tersebut. Pada tahun 1970 mulai merintis kembali kehidupan Paguyuban Kawruh Jowo Lugu oleh bapak Sugiri sebagai pinisepuh Pambuka Ajaran Kawruh Jowo Lugu di wilayah Surabaya dan bapak Djumain sebagai ketua umum organisasi sebagai penanggung jawab warga. Pada tanggal tanggal, 17 Agustus 1981 telah terdaftar sebagai keanggotaan Himpunan Penghayatan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan nomor : 004/warga/HPK-P/VIII/1981 Serta di daftar pula di Direktorat Pembinaan Penghayatan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Direktorat Kebudayaan di Jakarta dengan nomor inventarisasi : I.028/F.3/N.1.1/1980 tertanggal 30 Maret 1980, Dan telah di Akta Notariskan pada tanggal, 28 Juli 2011 No: 41 di depan Pejabat Notaris Niluh Elita Mahariany,S.H.,M.Kn. dengan demikian Paguyuban Kawruh Jowo Lugu sebagai organisasi Penghayatan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara teknis keberadaannya dan pembinaannya di lindungi oleh Pemerintah Negara Republik Indonesia.

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com