Peran Wanita Dalam Politik

 

SURABAYA — MENARA MADINAH.COM diselah padatnya kegiatan Dr. Dwi Astutik, S.Ag, M.Si kedatangan tamu dari Perwakilan Australian National University (ANU) antara lain : Prof. Greg, Dr.Sally White, Dr. H. Achmad Rubaidi Koordinator PKP NU Jawa Timur dan Dr. Dwi Setianingsih Dosen Universitas Islam Negeri Kediri. Melakukan Penelitian tentang Keterwakilan Perempuan dalam kancah Perpolitikan Kerjasama dengan Universitas Gajah Mada. (12/7)

Mbak Dwi sapaan akrabnya memaparkan dalam diskusi, peran perempuan di dunia politik mampu memberi warna dalam pembangunan di Indonesia. Contoh soal pertama kalinya Gubernur Jawa Timur adalah sosok Perempuan yang luar biasa yaitu ibu Khofifah Indar Parawansa baik kinerja dan semangatnya sangat pro poor. Dan masih banyak perempuan-perempuan yang lainnya turut ambil bagian dalam mewujudkan Indonesia Bermartabat.

Dwi Astutik Dosen Ilmu Sosial dan Politik, yang mengambil gelar Doktornya di Universitas Airlangga Surabaya, menyampaikan Data dari lnter Parliamentary Union (IPU) jumlah keterwakilan perempuan di Indonesia di level ASEAN memasuki peringkat ke 6 dan di level Dunia lnternasional di peringkat 89 dari 168 Negara di seluruh dunia jauh dibawah Afganistan, Vietnam, Timur Leste dan Pakistan. Kesempatan untuk berpartisipasi bagi perempuan dirasa masih kurang karena 30% itu kuota calon, tentu tidak bisa 30% itu jadi semua, maknanya perolehan jadi anggota dewan itu pasti dibawah 30%. UU no 10 tahun 2008 dipandang suatu gebrakan dalam rangka membantu meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen walau belum memuaskan hasilnya.

Saat ditanya tentang dukungan, “tentu dukungan akan diberikan rata2 utamanya kepada sosok yang dikenal dan tau profilnya”. Apakah MB Dwi pernah mencalonkan diri dari jawaban yang disampaikan sepertinya sangat yakin, ” iya saya pernah mencalonkan diri dan sangat mudah mendapatkan dukungan terbukti mendapatkan suara yang banyak di Jawa Timur dan semuanya masih dalam ingatan …” Kilahnya sambil ketawa. Dukungan dari konstituen dilakukan karena mereka sudah tau track record sosok yang di pilihnya, maknanya konstituen tau adanya kesungguhannya dalam menyapa masyarakat melalui program sentuhan kerakyatan yakni utamanya program pendidikan baik formal maupun non formal diantaranya membantu program pemberantasan buta aksara, penguatan literacy dan peningkatan kualitas layanan pendidikan anak usia dini di Jawa timur dengan menjadi motivator dimana-mana, pemberian gizi-pendidikan yang baik dan bantuan kebutuhan sekolah, memberikan akses pendidikan kejar paket bahkan menjadikan anak yg awalnya putus sekolah bisa di bantu mendapatkan akses beasiswa hingga kuliah dan lulus dari Perguruan Tinggi yang telah diajak kerja sama. Membantu menyiapkan dana bergulir bagi kelompok swadaya Masyarakat (KSM) di kota Surabaya serta membantu mendapatkan akses legalitas hidup yaitu akte kelahiran bagi anak-anak yg blm beruntung dalam kehidupan nya. Semua ini dilakukan pada masyarakat kota Surabaya yang belum beruntung di dunia pendidikan dan ekonomi.

Saat ditanya apakah masih ada hasrat untuk berkompetisi lagi jawabannya “ya… lihat saja nanti, kan saya orang pergerakan, tidak mungkin diam dan tidak bergerak” dijawabnya sambil tersenyum. Bahasa terakhir dari wawancara ini mbak Dwi menambahkan, “asal tidak money politics saja, Indonesia akan lebih baik dan bermartabat. Apalagi adanya kecurangan yang terstruktur dan masif, maka jangan harap Indonesia pemerintahannya akan menjadi baik, karena awwalannya saja sudah tidak baik”.

(Maqdar Abdulloh/Menara Madinah)